Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj kembali membimbing mualaf mengikrarkan dua kalimat syahadat, Sabtu (25/5) sore. Kali ini yang dibimbing masuk Islam oleh Kiai Said adalah dua warga Jepang, masing-masing bernama Keisuke Fukui dan Sugimoto.
Kedua warga Jepang itu pun diberi nama Islam oleh Kiai Said. Keisuke Fukui diberi nama Abdul Karim, sementara Sugimoto ditambahi Said, sehingga menjadi Said Sugimoto.
Proses ikrar kedua mualaf tersebut turut disaksikan oleh para pengurus PBNU, seperti Ketua PBNU H Marsyudi Syuhud dan Robikin Emhas, Ketua Pagar Nusa M Nabil Haroen, aktivis NU Muhammad Amin dan Suhaedi. Sementara dialog kedua mualaf dengan para pengurus PBNU diterjemahkan oleh Alfian, kader NU yang acap memerantarai warga Jepang mengikrarkan syahadat di Gedung PBNU.
Sebelum mengikrarkan kalimat syahadat, kedua calon mualaf menceritakan apa alasan mereka berkeinginan menjadi penganut agama Islam.
Keisuke Fukui mengaku tertarik dengan Islam karena begitu terkesan melihat budaya orang Islam beribadah lima kali dalam sehari. "Saya merasa tersentuh melihat budaya seperti itu. Apalagi melihat pendidikan pesantren di mana anak anaknya (para santri) bersikpa menyenangkan dengan keramahan mereka," kata pria yang di negaranya merupakan pengusaha di bidang IT dan tengah menempuh program doktoral.
Adapun Sugimoto terkesan dengan Islam karena melihat para santri belajar dari pagi hingga malam hari tanpa henti. "Melihat di pesantren para santri terus menerus belajar, dan diberlakukan sejak dini. Itu hebat sekali apalagi para santri patuh," ungkap konsultan di sistem IT.
Keduanya mengaku melihat aktivitas para santri di pesantren saat di Cirebon, Jawa Barat, sekitar setahun yang lalu.
"Waktu itu mereka ke Cirebon, ke Gedongan dan Sekolah Bina Insan Mandiri," kata Alfian yang menjadi penerjemah kedua warga Jepang itu.
Islam Agama Terjaga
Pada kesempatan tersebut, Kiai Said mengatakan sejak kelahirannya 15 abad yang lalu, Islam selalu terjaga. Hal itu karena tuntunan bagi umat Islam yakni kitab suci Al-Quran, juga selalu terjaga; tidak ada yang bisa mengubahnya.
"Al-Qur'an selalu terjaga keasliannya, karena banyak umat Islam yang menghafalkan Al-Qur'an, dan tidak ada yang berubah. Jika ada kesalahan cetak Al-Quran, akan diketahui," kata Kiai Said.
Selain itu, Islam di mana pun sama tuntunan dan ajarannya. Rukun Islamnya sama yakni mengirarkan syadahat, melakukan shalat, berpuasa, berzakat, dan haji bagi yang mampu. Juga rukun iman yang enam, sama harus diyakini oleh umat Islam di belahan bumi mana pun.
"Keenam rukun iman, meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir (qada dan qadar) Allah," kata Kiai Said.
Selain itu pengamalan secara syariat ketentuan ibadah umat Islam juga sama. Misalnya shalat harus menghadap kiblat, berpuasa wajib di bulan Ramadhan, zakat, dan haji.
"Tidak ada agama lain selain Islam yang seperti itu," imbuh Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan itu.
Banyak Mualaf Bersyahadat di PBNU
Usai membimbing kedua mualaf asal Jepang, Kiai Said mengatakan kepada NU Online, banyak warga asing yang menjadi mualaf dan memilih mengikrarkan syahadat dengan bimbingannya. "Mereka tertarik dengan Islam NU yang ramah," kata Kiai Said
Warga Jepang sendiri bukan kali ini saja yang bersyahadat di Gedung PBNU. "Orang Jepang yang mengikrarkan syahadat di PBNU sudah banyak. Ada 14 orang sejak beberapa tahun yang lalu," tuturnya..
Menuru Kiai Said, masuk Islam-nya kedua warga Jepang hari itu menjadi keberkahan karena saat ini berada di bulan Ramadhan. Selain itu juga menjadi hal yang positif, karena bulan Ramadhan diisi dengan kedamaian. Kiai Said pun kembali mengatakan agar mengisi Ramadhan dengan ibadah-ibadah Ramadhan dan menjaga ketenangan. (Kendi Setiawan)