Cox's Bazar, NU Online
Kementerian Lingkungan Hidup Bangladesh melaporkan, banjir pengungsi Rohingya yang datang dari Myanmar telah mengakibatkan kerusakan di hutan dan membuat pemerintah Bangladesh menanggung ongkos 1,5 miliar taka atau sekitar 246 miliar rupiah.
Kementerian tersebut menyerahkan laporan kerusakan tersebut ke komite parlemen setempat pada Selasa kemarin, sebagaimana dikutip media Bangladesh, BDNews24.
Bukit, penampungan air, dan pantai di Cox's Bazar juga mengalami kerusakan lingkungan akibat eksodus Rohingya dari negara bagian Rakhine menyusul operasi militer bersenjata yang dilakukan tentara Myanmar.
Komite parlemen, yang takut akan bencana lingkungan karena orang-orang Rohingya, memberikan beberapa rekomendasi.
Ketua Komite Parlemen Bangladesh Hasan Mahmud mengatakan, Bangladesh melindungi orang-orang Rohingya karena alasan kemanusiaan. Mereka juga mendapatkan bahan bantuan yang cukup.
"Tapi mereka tidak memiliki bahan bakar, karena itulah mereka mengumpulkan bahan bakar dari hutan, ini merusak lingkungan," katanya usai bertemu dengan pemerintah setempat.
Dia mengatakan bahwa orang-orang Rohingya menebangi pohon di Teknaf. "Baru Departemen Kehutanan yang melaporkan kerugian lebih dari Tk 1,5 miliar. Kerusakan lingkungan total akan lebih besar," katanya.
Reuters beberapa waktu lalu melaporkan, terus meningkatnya jumlah pengungsi Rohingya dari Myanmar juga membuat Pemerintah Bangladesh memanfaatkan lahan hutan untuk memperluas kawasan tenda penampungan mereka. Konsekuensinya, penebangan pohon dalam jumlah yang besar pun dilakukan.
Mohammad Shah Kamal, sekretaris manajemen dan bantuan bencana di Bangladesh mengatakan, semula Pemerintah Bangladesh mengalokasikan lahan sekitar 2000 acre (sekitar 800 hektare) saat jumlah pengungsi hampir 400.000.
"Sekarang jumlahnya telah meningkat lebih dari 100.000 orang dan orang-orang masih datang. Jadi, pemerintah harus mengalokasikan lahan seluas 1.000 acre (sekitar 400 hektare)," katanya. (Red: Mahbib)