Jakarta, NU Online
Setelah mengajukan permohonan mendirikan tempat ibadah selama beberapa puluh tahun, Muslim di Republik Slovenia melakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid di bekas sebuah kawasan industri di ibukota Ljubljana.<>
"Kami bergemberia mulai melaksanakan proyek ini di Ljubljana, sehingga kota ini menjadi lebih menghargai pluralitas,” kata Mufti Nedzad Grabus, perwakilan tertinggi komunitas Islam Slovenia, seperti dilaporkan Reuters (14/9).
Ide pembangunan pusat budaya Islam di Ljubljana pertama diajukan pada 1969 oleh Sulejman Kemurato, yang kemudian menjadi ketua komunitas Islam Ljubljana.
Masalah yang dihadapi adalah izin mendirikan bangunan dan lokasi untuk gedung tersebut.
Pada 2004, diajukan proposal tempat untuk masjid di pusat kota, tetapi ditolak oleh pemerintah lokal, bahkan permintaan pendirian masjid di daerah pinggiran juga dihentikan.
Politisi sayap kanan menunjukkan penolakannya dengan mengumpulkan sekitar 11 ribu tanda tangan.
Perubahan terjadi setelah terpilihnya Walikota Ljubljana Jankovic, yang menawarkan lokasi baru untuk membangun masjid di pusat kota. Pada 2008, komunitas Islam menawarkan pembelian tanah.
Beberapa ribu orang menghadiri upacara ini, termasuk Perdana Menteri Slovenia dari sayap kiri, Alenka Bratusek dan walikota Ljubljana Mayor Zoran Jankovic, yang membantu meletakkan batu pertama tersebut.
Upacara tersebut juga dihadiri oleh Bakir Izetbegovic, anggota presidensial Bosnia Herzegovina dan mantan presiden Slovenia Danilo Turk.
Banyak perempuan yang hadir menggunakan hijab, sebuah pemandangan yang tidak biasa di di wilayah tersebut.
"Saya senang menghadiri perayaan luar biasa ini, bersama dengan Muslim dari Bosnia, Slovenia dan Ljubljana, yang akan segera memiliki rumahnya, sebuah pusat kebudayaan Islam dan sebuah masjid," kata Izetbegovic.
"Saya berterima kasih pemerintah Slovenia dan Ljubljana atas dukungan atas izin dan persetujuan pendirian bangunan ini.”
“Terima kasih pada seluruh masyarakat, pemerintah dan organisasi negara-negara sahabat atas dukungan dan donasi yang diberikan pada proyek historis ini,” tambahnya.
Semua Muslim Slovenia yang menghadiri upacara ini menunjukkan kegembiraannya.
"Ini berarti dunia baru bagi saya,” kata Sahra Kacar, 44, yang lahir pada tahun yang sama ketika permintaan pertama untuk pendirian masjid tersebut diajukan.
"Kami akan memiliki tempat yang pas untuk beribadah, daripada menggunakan berbagai tempat pertemuan umum.”
Konstruksi masjid ini diharapkan telah dimulai pada awal November dan diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun dengan biaya sekitar 12 juta euro ($15.9 juta).Komunitas Islam setempat akan membiayai pembangunan masjid ini, sumbangan dana diharapkan berasal dari Qatar.
Sebagai daerah paling makmur dari enam bekas republik Yugoslavia, Slovenia menerima arus masuk dari daerah sekitarnya, termasuk para Muslim yang mencari kerja, selama lebih dari 50 tahun terakhir, dan khususnya setelah runtuhnya bangunan negara bersama pada awal 1990-an.
Slovenia memisahkan diri pada 1991 dan perekonomiannya menggeliat, sementara negara tetangganya seperti Bosnia, Croatia dan Kosovo terlibat dalam peperangan.
Slovenia menjadi tempat tinggal sekitar 50,000 Muslim, yang meliputi sekitar 2.4 persen dua juta juta populasi. Pada sensus 2002, Islam agama terbesar setelah Katolik, dengan pengikut 1.1 juta. Masyarakat Muslim sendiri mengklaim jumlah mereka sekitar 80 ribu.
Sebelumnya, terdapat sebuah masjid di Slovenia, sebelum negara ini merdeka, tetapi masjid ini dihancurkan sebelum perang dunia I. (onislam.net/mukafi niam)
Foto: Onlislam