Pelajar Indonesia di Hadramaut Diskusi Toleransi Beragama
Sabtu, 27 Oktober 2012 | 00:26 WIB
Tarim, NU Online
Para pelajar Indonesia yang berada di Yaman, khususnya wilayah Hadhramaut, menggelar program diskusi tentang toleransi antar umat beragama. Kegiatan ini dikoordinir oleh Departemen Pendidikan dan Dakwah DPW Hadramaut Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Yaman, Rabu (24/10) malam lalu di auditorium Universitas Al-Ahgaff Yaman.<>
Departemen Pendidikan dan Dakwah kali ini mencari nuansa baru dengan mengadakan diskusi di setiap institusi yang ada di wilayah Hadramaut khususnya wilayah Tarim, di antaranya Universitas Al-Ahgaff, Perguruan Darul Musthofa, Pesantren Ribath Tarim dan Perguruan Darul Ghuroba’.
“Dengan begini diharapkan minat dalam menghadiri diskusi semakin besar,” papar Zainal Fanani, ketua Departemen Pendidikan dan Dakwah DPW Hadramaut PPI Yaman periode 2012-2013 diamini Abdul Basith, koordinator diskusi Fikroh.
Acara diskusi Rabu malam itu mendapat respon yang luar biasa dari para peminat kajian intelektual. Dalam sambutannya, Pandi Yusron selaku ketua DPW Hadramaut PPI Yaman sangat mengapresiasi adanya terobosan-terobosan baru dalam mengembangkan minat intelektual para pelajar.
“Semoga forum diskusi Fikroh DPW Hadramaut PPI Yaman ini mampu berkontribusi dalam dunia pendidikan,” katanya.
Tampil dalam forum diskusi Fikroh perdana yang dihadiri sekitar 80 peserta diskusi, M. Fuad Mas’ud mahasiswa asal Kuningan yang kali ini mengangkat tema “Non-Muslim dan Kebebasan Beragama dalam Kacamata Islam”.
Dalam presentasinya, M. Fuad Mas’ud menjelaskan bahwa benih-benih toleransi itu sebenarnya sudah ada semenjak diutusnya Rasulullah SAW. M. Fuad mas’ud menandaskan argumentasinya pada surat Al-Baqoroh ayat 256 yang menyatakan bahwa tidak ada pemaksaan dalam beragama.
Menurutnya, ayat tersebut merupakan pondasi utama dalam Islam tentang kebebasan beragama. Selain menguraikan argumentasi dari Al-Quran dan As-Sunnah, ia juga mengutip statemen dari pakar sejarah Barat, Gustav Labon yang mengatakan:
“Apa yang saya teliti dari ayat-ayat Al-Quran menunjukkan, sesunggunya konsep toleransi yang diusung Muhammad terhadap orang Nasrani dan Yahudi sangatlah luar biasa. Dan secara spesifik, tidak ada agama lain yang melakukan hal tersebut.”
M. Mahrus Ali, ketua organisasi perkumpulan pelajar Madura mengemukakan hal yang sedikit berbeda. Dalam penyampaiannya, M. Mahrus Ali mengajak para audien untuk merubah stigma yang tengah berkembang saat ini, dimana banyak dari para pemikir dan intelektual saat ini yang menyerukan untuk “berislam secara toleran”.
Menurut M. Mahrus Ali, penggunaan kata ini kurang tepat. Karena dengan begitu berarti yang menjadi hakim adalah toleransi. Akibatnya, maka atas nama toleransi segala sesuatu yang dinilai berlawanan dengan konsep toleransi akan ditolak.
Contohnya sudah banyak. Seperti larangan mendirikan gereja di tengah masyarakat Muslim, konsep jihad, dan hukuman mati bagi orang murtad. menurut M. Mahrus Ali, bahasa yang tepat digunakan adalah “bertoleransi secara islami”. Dengan begitu, maka konsep toleransi tidak mungkin berbenturan dengan ajaran agama Islam.
Rangkaian acara diskusi diakhiri tepat pukul 23.00 malam. Hadir pula dalam acara tersebut para pelajar dari Universitas Al-Ahgaff, perwakilan pelajar Ribath Tarim dan Pesantren Darul Ghuroba’.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Muhammad Fadhlillah