Internasional

Saat Dubes Kanada Diusir Kerajaan Arab Saudi

Selasa, 4 Desember 2018 | 02:17 WIB

Saat Dubes Kanada Diusir Kerajaan Arab Saudi

Bendera Kanada-Saudi (via Albawaba)

Jakarta, NU Online
Hubungan Diplomatik antar-negara di antaranya untuk merespon persoalan bersama, baik masalah kemanusiaan, sosial, politik, perkembangan teknologi, dan lain-lain. Namun, respon cenderung reaktif ditunjukan oleh Kerajaan Arab Saudi saat Diplomat Kanada mengkritik penangkapan sejumlah aktivis perempuan dan laki-laki oleh Saudi.

Tidak terima atas kritik Kanada, Arab Saudi mengusir Dubes Kanada Dennis Horak di Raiyadh pada 6 Agustus 2018 lalu. Bukan hanya mengusir, Arab Saudi juga menarik duta besarnya dari Kanada. 

Dilansir Associated Press, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga membatalkan semua kerja sama bisnis antara Arab Saudi dan Kanada.

Diberitakan Tempo, Marie-Pier Baril, juru bicara Menteri Luar Negeri Kanada, Chrystia Freeland, mengatakan Kanada sangat prihatin atas tindakan Arab Saudi.

"Kanada akan selalu membela perlindungan hak asasi manusia, terutama hak-hak perempuan dan kebebasan berekspresi di seluruh dunia. Pemerintah kami tidak akan pernah ragu untuk mendukung nilai-nilai ini dan percaya bahwa dialog ini sangat penting untuk diplomasi internasional," kata Marie-Pier Baril.

Ketegangan berawal setelah diplomat Kanada menulis di Twitter menyerukan Arab Saudi segera membebaskan aktivis hak-hak perempuan yang ditahan oleh kerajaan.

Atas persoalan ini, Menteri Luar Negeri Kanada, Chrystia Freeland mengeluarkan pernyataan yang berisi pembebasan Samar Badawi. Samar Badawi adalah saudara ipar perempuan Raif Badawi, Ensaf Haidar, yang tinggal di Quebec dan menjadi warga negara Kanada.

Samar Badawi ditangkap di Arab Saudi pada 2012 dan dijatuhi hukuman 1.000 cambukan dan 10 tahun penjara karena mengkritik ulama.

Masih dilansir Tempo, sejumlah aktivis yang ditahan oleh Kerajaan Arab Saudi telah menghadapi kekerasan seksual dan penyiksaan selama intrograsi.

Laporan lembaga HAM, Amnesty International, menyebut sejak Mei 2018, Kerajaan Arab Saudi telah menahan setidaknya 10 aktivis perempuan dan tujuh aktivis laki-laki.

Para aktivis itu ditahan terkait kegiatan kemanusiaan mereka terkait HAM. Diantara mereka yang ditahan adalah Loujain al-Hathloul, Eman al Nafjan dan Aziza al-Yousef yang giat memperjuangkan hak agar perempuan diizinkan menyetir. Larangan perempuan mengendarai kendaraan akhir dicabut Kerajaan Arab Saudi pada Juni lalu.

Dikutip dari aljazeera.com, Rabu (21/11/2018), para aktivis itu ditahan di penjara Dhahban yang berlokasi di wilayah barat Laut Merah. Mereka berulang kali disengat listrik hingga membuat mereka tak sanggup berdiri atau berjalan.

Laporan Amnesty International menyebut setidaknya satu aktivis digantung di sebuah atap dan tahanan perempuan mengalami kekerasan seksual oleh para penyidik yang memakai penutup wajah.

Mereka yang ditahan dituding telah mengancam keamanan dan membantu negara-negara musuh. Sejumlah aktivis itu telah dibebaskan, tapi beberapa masih ditahan diantaranya al-Yousef, seorang pensiunan profesor dari Universitas Raja Saud. (Red: Fathoni)


Terkait