Istanbul, NU Online
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuntut agar para terdakwa pembunuhan Jamal Khashoggi diekstradisi dari Arab Saudi. Bahkan, pada Rabu 5 Desember lalu pengadilan di Turki menerbitkan surat perintah penangkapan untuk Ahmad al-Assiri, mantan kepala intelijen dan mantan penasihat keluarga kerajaan Saud al-Qahtani.
Merespons hal itu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menegaskan, tidak akan mengekstradisi para terdakwa pembunuhan Jamal Khashoggi sebagaimana tuntutan Turki. Al-Jubeir berdalih, Saudi tidak akan mengekstradisi warga negaranya sendiri.
Bahkan, al-Jubeir menjelaskan belum menerima bukti-bukti pembunuhan Khashoggi. Padahal al-Jubeir mengaku sudah meminta bukti-bukti yang bisa digunakan di pengadilan tersebut kepada Turki.
“Otoritas Turki tidak sepenuhnya jujur seperti yang kami harapkan," tuduh al-Jubeir, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Sikap Saudi yang tidak mau menyerahkan para terdakwa pembunuhan Khashoggi tersebut membuat Turki kecewa. Direktur Komunikasi Kepresidenan Fahrettin Altun mengungkapkan hal itu.
Seperti dilansir Hurriyet, Senin (10/12), Altun mengatakan bahwa pengungkapan kasus Jamal Khashoggi membutuhkan peran komunitas internasional. Ia berpendapat, Turki hanya melihat sedikit bukti bahwa Saudi akan menuntaskan kasus ini.
“Saya kira dibutuhkan peran komunitas internasional untuk mengungkap keadilan bagi mendiang jurnalis Saudi itu,” jelasnya.
Pada hari yang sama, Senin (10/12), seorang sumber membeberkan soal transkip rekaman audio yang menjadi bukti pembunuhan Khashoggi kepada CNN.
Disebutkan bahwa ketika Jamal Khashoggi memasuki gedung Konsulat Saudi, ia langsung mengetahui tentang seseorang yang ada di dalam gedung. Khashoggi kemudian bertanya kepada orang tersebut perihal apa yang dilakukannya di sana.
Setelah itu, suara yang terdengar diduga adalah suara Maher Abdulaziz Mutreb. Ia merupakan seorang pejabat intelijen Saudi. Tentu saja Khashoggi kenal dengan Mutreb. Keduanya pernah bekerja sama ketika mereka bekerja di Kedutaan Besar Saudi di Inggris dulu.
Setelah terjadi beberapa percakapan, Khashoggi memperingatkan Mutreb agar tidak melakukan hal-hal yang ‘membahayakan dirinya.’ Khashoggi menegaskan kepada Mutreb bahwa ia tidak bisa ‘melakukan hal itu’ karena ada tunangannya di luar.
Memang, pada saat itu Khashoggi ke Konsulat Saudi di Istanbul bersama tunangannya, Hatice Cengiz. Tunangannga menunggu di luar karena tidak diizinkan masuk. Sebelum masuk, Khashoggi sudah berpesan kepada tunangannya itu agar menelepon staf Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan kepada dirinya.
Sumber anomin tersebut kemudian menjelaskan kalau Khashoggi dikeroyok banyak orang. Atas insiden itu, Khashoggi meronta-ronta. Ia bahkan sempat mengatakan kalau dirinya tidak bisa bernafas.
“Aku tidak bisa bernafas,” kata Khashoggi sebanyak tiga kali sebagaimana dituliskan dalam transkip tersebut.
Transkip kemudian menyebut suara yang riuh dan ribut. Meski demikian, ada satu suara yang diidentifikasi sebagai suara Salah Muhammad al-Tubaigy. Ia adalah Kepala Forensik Medis di Kementerian Dalam Negeri Saudi. Pada saat ini, Khashoggi diduga belum meninggal. Kemudian transkip menyebut suara-suara yang terdengar tanpa ada dialog.
Setelah itu, transkip menjelaskan deskripsi pada saat Jamal Khashoggi dimutilasi dengan menggunakan gergaji oleh al-Tubaigy. Pada saat proses mutilasi tersebut, al-Tubaigy –sebagaimana yang tertera dalam transkip tersebut- memberikan saran kepada teman-temannya untuk mendengarkan musik.
Sementara itu, Mutreb diyakini melakukan tiga panggilan telepon selama proses mutilasi berlangsung.
“Tell yours, the thing is done, it's done. (Beri tahu bosmu. Apa yang dia perintahkan sudah selesai. Misi terlaksana,” kata Mutreb. Kata ‘yours’ merujuk kepada ‘bos.’
Terkait berita itu, pihak Saudi –saat dikonfirmasi CNN- mengaku telah mendengar rekaman bukti pembunuhan Khashoggi. Saudi membantah transkip yang ada di atas. Menurut Saudi, dalam rekaman yang didengarnya tidak ada kejadian orang melakukan panggilan telepon.
“Jika memang ada (bukti baru), kami bakal menerimanya. Sejauh ini kami sudah berulang kali mengirimkan permintaan, namun belum mendapat tanggapan,” jelas Saudi. (Red: Muchlishon)