Nasional

Agus Sunyoto Ingatkan Masyarakat agar Tak Lupakan Sejarah

Jumat, 5 April 2019 | 08:30 WIB

Agus Sunyoto Ingatkan Masyarakat agar Tak Lupakan Sejarah

Ketua lesbumi, KH Agus Sunyoto (dua dari kiri)

Jakarta, NU Online
Sejarawan Nahdlatul Ulama KH Agus Sunyoto mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak melupakan sejarah nenek moyang dan bangsa Indonesia sebagaimana semboyan terkenal dari presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno 'Jas Merah'.

"Kita ini memang sering lupa, oleh karena itu Bung Karno pernah menyatakan Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah," kata Agus di Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (4/4).

Agus lalu memaparkan sebuah contoh bagaimana masyarakat Indonesia pernah lupa terhadap perilaku Belanda yang tidak manusiawi saat menjajah sekitar 350 tahun lamanya. 

Hal itu seperti saat kehadiran Jepang ke Indonesia dengan membawa semangat kebangkitan Asia Timur Raya. Saat itu Jepang menginginkan agar orang-orang Asia tidak merendahkan dirinya di hadapan orang-orang eropa.

Untuk menumbuhkan semangat tersebut, di Indonesia misalnya, Jepang membuka pendidikan militer seperti kepada tentara Pembela Tanah Air (Peta) dan Hizbullah. "Jangan sampai orang Asia takut kepada Eropa kulit putih. Semangat itu saya kira," ucap pria yang juga Ketua Lesbumi PBNU ini.

Namun sambungnya, kesaksian banyak pihak yang menyatakan bahwa ketika Jepang masuk ke Indonesia yang salah satunya melalui Surabaya, masyarakat setempat pun langsung menyambut kedatangannya.

"Kesaksian orang-orang, ketika jepang masuk ke indonesia, salah satunya melalui surabaya. Jepang masuk, masyarakat Surabaya sepanjang kanan-kiri jalan itu menyambut kedatangan jepang," ucapnya.

Kemudian ia menggambarkan sebuah pertunjukkan bagaimana iring-iringan rombongan dengan posisi pejabat-pejabat Belanda berdiri di depan, sementara prajurit mengikuti dari belakang.

"(Melalui pertunjukkan yang menggirjng pejabat-pejabat Belanda) Kirannya Jepang itu ingin menunjukkan kalian gak perlu takut dengan orang Belanda," ucapnya.

Dalam iring-iringan tersebut, terkadang pejabat-pejabat Belanda didorong-dorong dan dipukul oleh prajurit Jepang. Melihat pertunjukkan tersebut, menurutnya, masyarakat Surabaya bersedih karena berpikir bahwa pejabat-pejabat Belanda diperlakukan secara kasar oleh prajurit Jepang.

"Jadi mereka (masyarakat) seolah-olah lupa bahwa belanda itu pernah melakukan kekejaman. Jadi mereka nangis melihat Belanda diperlakukan kasar oleh Jepang. Kita ini memang sering kali lupa," ucapnya. (Husni Sahal/Muiz)


Terkait