Nasional

Ansor Ponorogo: Jangan Ulangi Ulah Batughana!

Senin, 3 Desember 2012 | 03:01 WIB

Ponorogo, NU Online
Permintaan maaf Sutan Batoegana kepada Ibu Sinta Nuriyah, telah memenuhi tuntutan Gerakan Pemuda Ansor. Namun Pengurus Cabang GP Ansor Ponorogo dan Satkorcab Banser tetap mengingatkan semua pihak baik pribadi maupun organisasi yang masih akan melecehkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai guru bangsa.<>

Semula Pengurus Cabang GP Ansor dan Satkorcab Banser akan menuntut permintaan maaf tersebut dengan menggelar aksi unjuk rasa pada Sabtu (1/12) bersamaan dengan kedatangan Pak De Karwo, Gubernur Jatim sekaligus Ketua DPD Partai Demokrat Jatim pada puncak harlah PGRI di alun-alun Ponorogo. Acara koordinasi unjuk rasa pun diubah formatnya menjadi acara do’a bersama. Acara ini diselenggarakan pada Jum’at (30/11) mulai pukul 19.00 WIB di masjid Insuri Ponorogo.

“Karena Sutan Batoegana telah meminta maaf kepada keluarga besar Gus Dur, tentu saja kita menyambut baik. Namun demikian, kita tetap akan mengingatkan semua pihak baik pribadi maupun organisasi yang masih akan melecehkan Gus Dur  agar tidak mengikuti perbuatan Sutan Batoegana,” kata Idam Mustofa, Pjs Ketua PC GP Ansor Ponorogo saat menyampaikan sambutannya.

Menurutnya, Gus Dur dilengserkan oleh kasus politik bukan kasus hukum. Siapa yang tidak mengakuinya berarti telah melukai sejarah dan berhak mendapat perlawanan.

Selain itu, penghinaan kepada para mantan pemimpin bangsa tanpa mengindahkan fakta sejarah akan memicu keretakan hubungan antar komponen bangsa yang dikuatirkan akan mengancam keutuhan NKRI.

“Maka, sebelum terlambat, orang seperti Sutan Batoegana jelas masuk kategori ini, maka perlu diingatkan agar menjadi pelajaran bagi yang lain. Ini kami lakukan sebagai pembinaan internal dan himbauan kepada pihak eksternal,”  kata Idam Mustofa.

Sebelumnya, Ahmad Subhi (Kalibek) Kasatkorcab Banser Ponorogo menyampaikan press release berisi tuntutan agar semua pihak tidak lagi mengulangi perbuatan Sutan Batoegana karena mengancam demokrasi dan keutuhan NKRI. Kalibek juga memberikan pengertian kepada jajaran Satkorcab Banser untuk mematuhi himbauan Ketum PP GP Ansor agar semuanya kembali ke kamp.

“Semula kegiatan malam ini kita gunakan untuk koordinasi demonstrasi besok, tapi karena Ketum kita menghimbau agar tidak demo lagi, maka kita patuh tetapi tetap harus menuntut semua pihak supaya tidak mencoba mengulangi perbuatan Sutan Batoegana. Akibat perbuatannya yang dirugikan bukan hanya kita tapi partainya juga ikut rugi.”

Jika Sutan Batoegana tetap dipertahankan oleh partainya maka jangan harap akan mendapatkan kepercayaan terutama dari kita warga NU. Untuk itu, setelah ini kami mengajak semuanya mari kita kembali ke kamp masing-masing,” kata Kalibek sebelum membacakan press release.

Serangkaian do’a berupa pembacaan tahlil dan ruwatan mengisi acara yang diberi tajuk “Do’a untuk keselamatan Bangsa dan Keutuhan NKRI” dipandu oleh Jamal Mustofa, wakil ketua bidang Infotek & kajian strategis PC GP Ansor. 

Pembacaan tahlil dipimpin oleh Agus Supriadi, Kasatkoryon Banser Kecamatan Babadan yang kebetulan berprofesi sebagai Modin di Desanya, sedangkan yang “mengujubkan” ruwatan Muhsin Alwi, salah satu fungsionaris Satkorcab Banser Ponorogo yang dikenal sebagai pelaku spiritual. Jebolan Ponpes Termas Pacitan itu memandu ruwatan dengan penuh keyakinan.     

Dalam ruwatan ini sebagaimana dalam cerita pewayangan Murwakala, orang-orang yang termasuk kategori sukerto diruwat/disucikan supaya terbebas dari ancaman Betara Kala, raksasa besar yang kejam dan menakutkan, yang suka memangsa para sukerto.

Dalam hal ini Gus Dur, NU dan Indonesia termasuk Sukerto karena dalam terkena musibah dan diancam bahaya akibat ulah Sutan Batoegana yang tidak mengindahkan persatuan bangsa. Untuk itu agar Gus Dur, NU dan Indonesia tidak termasuk sukerto maka kita adakan ruwatan. Jenis ruwatan kewilayahan karena yang kita ruwat bukan kita tapi pribadi dan bangsa. 

“Takir” sejumlah delapan melambangkan delapan mata angin. Semoga bangsa Indonesia selamat dari gangguan mara bahaya dari arah delapan mata angin. Foto Sutan Batoegana yang dipasang di atas ambeng, melambangkan harapan semoga tidak ada lagi orang seperti dia yang mengganggu keutuhan NKRI karena tidak menghargai para pemimpin bangsanya, emosional tanpa memikirkan akibat yang timbul dari perbuatannya.” Demikian kurang lebih kalimat sahabat Muhsin Alwi, saat “ngujupake” ruwatan. Acara ruwatan diakhiri dengan do’a dipimpin oleh Saiful Islam, Koordinator Majlis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor PC GP Ansor Ponorogo.

Sementara itu, Kapolres Ponorogo menyambut gembira atas pembatalan aksi demo GP Ansor dan Banser Ponorogo. Semula aksi demo Ansor-Banser  akan mendapat dukungan dari aliansi LSM Ponorogo. Akibat pembatalan demo ini, aliansi LSM Ponorogo tetap melaksanakan demo dengan agenda menuntut Pak De Karwo untuk menjamin kualitas kambing bantuan Pemprov Jatim untuk rakyat miskin.



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: M. Wakhid


Terkait