Nasional

Fatayat Beri Panggung bagi Kesenian Tradisional

Sen, 28 Mei 2012 | 06:20 WIB

Jakarta, NU Online
Dalam peringatan harlah ke-62, Fatayat NU memberikan panggung bagi kesenian tradisi. Kesenian tradisi yang menjadi kekayaan Indonesia, mendapat ruang ekspresi dalam peringatan harlah ke-62 Fatayat NU. Fatayat NU yang lahir 1950, telah membuktikan kesetiaannya kepada Indonesia, termasuk ragam kesenian daerah Indonesia.
<>
Grup band tampil membawakan lagu ‘Alhamdulillah’-nya Opick. Lagu ini dipentaskan dengan warna cukup khas tradisi. Instrumen angklung menjadi dominan mewarnai aksi panggung. Ini bisa dimaklumi mengingat mereka adalah Grup Angklung Kang Udjo.

Lagu selesai, sejumlah 5 penari dengan pakaian khas daerah Jakarta memasuki panggung. Lagu Jali-jali mengiringi lenggak-lenggok dan ayunan tangan mereka. Goyangan pinggul yang lincah dan hiasan bulu menjulang di kepala, memikat hati para hadirin. Selama 4 menit menari, penari daerah Jakarta lenyap di balik panggung. Ekspresi mereka selesai berbareng dengan selesainya lagu Jali-jali.

Kemudian, empat penari berpakaian daerah serba merah memasuki panggung. Mereka mendemonstrasikan tarian daerah Jawa Timur. Gerakan mereka tampak dinamis searah iringan gamelan dengan tempo cepat. Keempat gadis penari daerah Jawa Timur, melambatkan gerakannya sesuai dengan melambatnya ritme gamelan. Penari berkain batik bagian bawahnya, tampak lembut gemulai sejenak sebelum akhirnya turun pentas.

Terakhir adalah aksi panggung penari daerah Nusa Tenggara Timur. Dua pria memasuki panggung seraya berkelahi. Mengenakan pakaian khas NTT, keduanya sejenak mengayunkan senjata masing-masing. Keduanya akhirnya larut dalam kedamaian setelah 4 gadis lengkap berpakaian adat, naik panggung. Beberapa menit kemudian, semua penari sebelumnya memasuki pentas untuk menyudahi pementasan genre tari 3 daerah.

Harlah ke-62 Fatayat NU diakhiri oleh lantunan lagu ‘Kala Cinta Menggoda’. Lagu ini dipopulerkan oleh Chrisye. Satu band menyanyikan lagu ini dengan dominasi suara gamelan. Jadi, genre kesenian apapun, bisa digarap dengan lokalitas tertentu. Ini sangat mungkin jika para pemain memiliki jiwa lokalitas etnik mendalam.

Para hadirin menikmati suguhan kesenian tradisi yang dipentaskan di panggung. Sementara sejumlah spanduk bertuliskan, ‘Fatayat NU 62 Tahun’, ‘Bersama Fatayat NU Mewujudkan Perempuan Indonesia yang Sehat dan Berkualitas’, dan ‘Sukses Fatayat NU, Sukses Perempuan Indonesia’, menggantung di tribun atas ruang peringatan harlah.

Puncak harlah dihadiri oleh Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj, Ketua Umum PP Fatayat NU, Hj. Ida Fauziyah, Menteri Pemberdaan Perempuan, Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, Ibu Kepala Negara, Ani Yudhoyono

Puncak harlah ke-62 Fatayat NU diadakan di Gedung SMESCO lt. 3 Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Minggu (27/5) siang. Sedikitnya 3000 kader Fatayat NU dan sejumlah tamu undangan, menghadiri acara tersebut. Jumlah ini belum termasuk seribu lebih kader Fatayat NU yang tidak bisa masuk ruangan karena pengawalan ketat Paspampres. 


Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Alhafiz Kurniawan

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait