Bangsa Indonesia memiliki banyak folklor (cerita rakyat). Selain cerita rakyat, warisan budaya yang pernah diproduksi dan dimiliki masyarakat juga terkait situs dan khazanah lainnya. Cerita yang dituturkan dari mulut ke mulut ini memiliki banyak moral cerita yang patut digali bersama.
Demikian disampaikan Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Choirul Fuad Yusuf di sela-sela seminar hasil penelitian Folklor Religi Nusantara di Hotel Merlynn Park Jalan KH Hasyim Asyari Nomor 29-31 Jakarta, Jumat (27/10).
"Itu adalah kekayaan bangsa kita, warisan budaya kita. Itu dijamin oleh HAM. Dari 21 prinsip-prinsip universal, ada satu klausul yang mengatur tentang upaya merevitalisasi dan mengembangkan budaya masyarakat," kata Fuad.
Pihaknya kini terus melakukan identifikasi terlebih dahulu, mengumpulkan, lalu menganalisis ratusan folklor yang telah diteliti dari berbagai daerah. Jika temuan tersebut ditulis ulang dengan baik menggunakan narasi yang menarik, lalu dipublikasikan ke mancanegara, pasti bakal membuat dunia terperangah.
"Tentu, agar lebih memiliki nilai, nanti akan dialihbahasakan terlebih dulu. Nanti orang di luar sana bakal kaget, ternyata Indonesia kaya akan cerita-cerita rakyat," jelas pria kelahiran Purwokerto ini.
Ia menambahkan, masyarakat Barat hingga hari ini masih menikmati beberapa cerita atau mitos seperti kisah tentang hantu atau sihir. "Mereka hingga sekarang masih sering nonton film Harry Potter. Naik sapu bisa terbang," ujarnya seraya tertawa.
Menurutnya, wajar jika bangsa Indonesia perlu merawat warisan nenek moyang berupa cerita yang menghibur, yaitu cerita Harry Potter. "Tak berlebihan jika kita juga perlu memasyarakatkan cerita rakyat yang kita miliki," tandasnya.
Seminar ini menghadirkan dua narasumber, yakni Ahmad Fedyani Saifuddin dari Universitas Indonesia Depok dan Dr Elis Suryani dari Universitas Padjadjaran Bandung. Hadir juga selaku pembahas, jurnalis Liputan6 SCTV Mauludin Anwar.
Selain para peneliti dan akademisi, hadir dalam acara yang dijadwalkan selama dua hari, Kamis-Jumat, 26-27 Oktober 2017 ini sejumlah perwakilan ormas dan instansi terkait seperti Islamic Center Jakarta dan aktivis mahasiswa. (Musthofa Asrori/Alhafiz K)