Jakarta, NU Online
Pendidikan adalah faktor penting dalam upaya mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Maka mutlak dibutuhkan akses pendidikan yang merata bagi masyarakat Indonesia, guna mencapai hakikat dan kebermaknaan kegiatan.
Itulah salah satu visi besar Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), yang selalu digelorakan Ketua Umum PP Pergunu, KH Asep Saifuddin Chalim dalam setiap kesempatan pembinaan organisasi.
Berangkat dari visi tersebut, Pergunu membuat program penempatan Guru di daerah 3T, yakni Terpencil, Tertinggal, dan Terluar. Kegiatan ini bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Subdit Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum.
Hal itu senada dengan keterangan yang diberikan Wakil Ketua Pengurus Pusat Pergunu, Aris Adi Leksono. Pergunu kehadirannya dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan nasional, salah satu program dilaksanakan di bulan September 2017 ini akan mengirimkan Guru ke daerah tertinggal, terpencil, dan terluar.
“Program ini bersinergi dengan program bina kawasan Kementerian Agama, melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Islam,” ujar Aris lewat keterangan tertulisnya, Ahad (17/9).
Lebih lanjut, Aris menuturkan secara teknis mulai Agustus sampai dengan September 2017, fokus pada rekrutmen dan pembekalan kompetensi, fisik, dan mental calon Guru yang siap ditempatkan di daerah 3T.
Sebagai sasaran penempatan sudah dipilih 25 Kabupaten dari Aceh hingga Papua yang masuk dalam katagori daerah 3T. Daerah sasaran dikhususkan untuk daerah di luar Jawa. Masa pengabdian bagi mereka yang lulus rekrutmen adalah satu tahun.
Pada tahap selanjutnya, Guru hasil rekrutmen akan diberangkatkan 50 orang ke daerah tujuan pada Awal Oktober 2017. Sampai saat ini, sudah dilakukan seleksi untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, dan Lampung.
"Pergunu bekerja sama dengan Kemenag akan mengutus 50 orang yang lulus seleksi. Mereka akan diberikan insentif khusus selama menjalani tugas. Kami berencana, program ini akan terus berkelanjutan sehingga akan terjadi pemerataan akses dan kualitas pendidikan di Indonesia,” terang Aris yang juga Dosen UNU Indonesia. (Red: Fathoni)