Nasional

Hidmat Muslimat NU Bahas Rekayasa Sosial Tanggulangi Problem LGBT

Sel, 17 Juli 2018 | 05:49 WIB

Jakarta, NU Online
Himpunan Daiyah dan Majelis Taklim (Hidmat) Muslimat Nahdlatul Ulama terus melakukan berbagai upaya strategis dalam menangkal problem lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Upaya tersebut Hidmat Muslimat lakukan dengan basis para daiyah dan pimpinan majelis taklim.

Ketua Hidmat Muslimat NU Nyai Hj Mahfudhoh Aly Ubaid menuturkan, LGBT yang berkembang di tengah masyarakat bukan problem biasa karena memerlukan penanganan serius dari beberapa sudut pandang, baik dari kesehatan, psikologi, dan hukum.

“Hidmat yang merupakan tempat berhimpun para daiyah dan majelis taklim menghadapi tantangan serius terkait LGBT ini. Kami berkewajiban melakukan advokasi dan edukasi agar generasi bangsa tidak rusak oleh perilaku menyimpang LGBT,” tutur Nyai Mahfudhoh, Selasa (17/7) dalam kegiatan FGD Hidmat Muslimat NU di Jakarta.

Dalam kegiatan bertema Rekayasa Sosial dalam Menghadapi Problem LGBT Berbasis Majelis Taklim ini, Nyai Mauhfudhoh berharap hasil dari kajian masalah aktual dalam FGD ini dibukukan untuk disebarluaskan kepada para daiyah dan pimpinan majelis taklim.

Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag Muharom Marzuki yang digandeng Hidmat Muslimat NU menegaskan, LGBT merupakan penyimpangan seksual yang tidak pernah ada dalam ajaran agama Islam.

Muharom juga menyatakan, negara telah tegas menolak praktik dan keberadaan LGBT di Indonesia. “Kaum LGBT ini melakukan maksiat menjadi gaya hidup, mereka merasa bangga dengan kondisinya itu,” jelas Muharom.

Muharom berharap, peran strategis Hidmat Muslimat NU menjadi harapan untuk menangkal dan menanggulangi problem LGBT ini. “Hal ini berangkat dari karena pemerintah berharap warganya sehat moral dan spiritual supaya bangsa Indonesia maju,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Periodik PP Muslimat NU Nyai Hj Mursyidah Thahir menyatakan, peran ibu-ibu Muslimat seperti yang termaktub dalam salah satu bait Mars Muslimat NU, “Marilah Hai Kaum Ibu, Bimbinglah Putra-putrimu”, menunjukkan bahwa peran ibu dan keluarga sangat penting dalam menangkal problem LGBT.

“Kaum ibu berperan penting dalam membimbing anak-anaknya dalam menangkal problem serius LGBT,” ucap Mursyidah.

Dosen IIQ Jakarta ini juga mengungkapkan, peran dan pengaruh global LGBT juga cukup besar karena saat ini ada 24 negara yang mengesahkan perkawinan sejenis. Sebab itu, ia mendorong penguatan eksistensi Muslimat NU untuk menanggulangi perilaku menyimpang LGBT demi generasi bangsa.

Sesi pembukaan kegiatan ini ditutup dengan doa yang dilakukan Ketua II PP Muslimat NU Nyai Hj Nurhayati Said Aqil Siroj. Kegiatan ini juga dihadiri Sekretaris Umum PP Muslimat NU Hj Ulfah Masfufah, Ketua I PP Muslimat NU Hj Sri Mulyati sejumlah Dewan Pakar Muslimat NU, beberapa pengurus Muslimat NU se-Jabodetabek, para daiyah, dan pimpinan majelis taklim.

Kegiatan pembukaan dilanjutkan diskusi panel dengan menghadirkan tiga narasumber, Wakil Ketua LBM PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali, pakar kesehatan Prianto Jatmiko, dan Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abdul Mujib. (Fathoni)

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait