Jakarta, NU Online
Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) menjajaki pertemuan dengan sejumlah pihak di arena IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali. Di antara mitra strategis HPN di pertemuan IMF-World Bank ialah Islamic Development Bank (IDB).
Di hadapan IDB, Ketua Umum Pengurus Pusat HPN Abdul Kholik menyampaikan bahwa Nahdliyin adalah 30 persen dari populasi tetapi kemampuan ekononinya berada di bagian bawah piramida (bottom of pyramide).
“Dalam lima tahun terakhir NU berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian ekonomi Nahdliyin melalui pemberdayaan saudagar Nahdliyin. HPN ingin mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan dukungan finansial dari IDB,” ujar Abdul Kholik kepada NU Online, Ahad (15/10).
Di sektor keuangan, lanjutnya, HPN berharap IDB dapat membantu menurunkan bunga microfinance bagi masyarakat bawah.
Sedangkan di sektor investasi, HPN ingin memperoleh kesempatan dan dukungan mengembangkan investasi di berbagai sektor (kelistrikan, infrastruktur, dan lain-lain) berbasis syariah bagi para saudagar HPN yang memiliki kemampuan profesional.
Merespon hal tersebut, Senior Economis IRTI-IDB Hylmun Izhar menyampaikan bahwa untuk investasi swasta akan di set-up pertemuan dengan ICD-IDB untuk mengeksplorasi lebih dalam.
“Sedangkan untuk program yang terkait dengan pemerintah dan swasta, seperti pola public private partnership, usulan HPN harus diendorse oleh Menkeu RI,” ujar Hylmun.
Dalam pertemuan tersebut juga hadir Dirjen IRTI-IDB Humayon Dar. Ia menyampaikan bahwa misi IDB adalah menghilangkan kelaparan (zero hunger) melalui pemberdayaan ekonomi.
“Program-program pemberdayaan ekonomi yang dapat disupport IDB harus berbasis syariah. Beliau juga menyampaikan bahwa Indonesia adalah anggota IDB dan Sri Mulyani adalah salah satu Gubernur IDB,” jelas Humayon.
Mengakhiri pembicaraan, Humayon menyampaikan salam untuk Ketum PBNU Kiai Said Aqil Siroj dan Mustasyar KH Ma’ruf Amin. Pertemuan dilakukan di sela-sela Global Infrastructure Forum.
Sebagai langkah tindak lanjut, di sektor keuangan dan perbankan, HPN akan mendorong BMT dan Koperasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Sedangkan di sektor infrastruktur akan dijajaki kemungkinan project financing di sektor power supply telekomunikasi, dan investasi pembangkit listrik. (Fathoni)