Banjar, NU Online
Khittah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah kepelajaran. Lahirnya ekonom, politisi, birokrat, akademisi dan sebagainya dari rahim IPNU dan IPPNU merupakan hasil dari proses menjalani kepelajaran itu.
“Indikatornya dunia tulis menulis,” kata Deputi II Kementerian Pemuda dan Olahraga H Asrorun Niam Sholeh saat bedah buku 99 Tokoh Muda NU Inspiratif di masjid Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Kamis (28/2).
Pasalnya, lanjut Niam, relasi santri dan kiai terletak pada keilmuan. Hal itu, menurutnya, bermula dari buku.
Menulis tokoh ataupun diri sendiri penting dilakukan. Setidaknya, Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu mengungkapkan dua hal pentingnya menulis tokoh tersebut.
“Sekecil apapun ide akan bermakna bagi kita untuk kepentingan koreksi atau bisa jadi menjadi inspirasi bagi teman-teman kita,” katanya.
Niam menjelaskan bahwa penulisan 99 tokoh tersebut bukan berarti sebagai bentuk pembatasan atau limitasi, tetapi justru memberikan ruang terbuka yang bisa diisi oleh orang lain untuk melengkapinya, selain bagian dari inspirasi dan referensi.
“Kenapa gak menulis ketua cabangnya, atau kiainya,” ujarnya.
Di situ, lanjutnya, merupakan ruang bagi pelajar, kader IPNU dan IPPNU bisa berperan untuk menengahkan tokoh yang menurut kita penting untuk dielaborasi.
Sementara itu, Ahmad Najib Burhani, tokoh muda Muhammadiyah, menekankan pentingnya membaca bagi para pelajar saat ini yang tengah menghadapi era media sosial.
“Membaca bukan hanya medsos, tetapi buku dan juga kitab kuning guna mengetahui lebih dalam,” katanya.
Najib menyatakan hal demikian mengingat dunia sekarang memisahkan kelompok sehingga terpecah karena perbedaan pandangan, tidak objektif, dan fanatik buta. Mereka tidak mencari kebenaran, tetapi pembenaran.
Pasalnya, orang yang mampu bertahan dalam kemapanannya sebagai pemegang otoritas itu karena kedalaman keilmuannya. Ia melihat Emha Ainun Najib, tokoh budaya, yang sejak puluhan tahun sampai saat ini masih bertahan sebagai orang yang banyak pengikutnya.
Kegiatan yang dipandu Pengurus Pimpinan Pusat IPNU Abu Hasan Asyari ini juga dihadiri oleh Ketua Lembaga Ta'lif Wan Nasyr PBNU Hari Usmayadi dan CEO Alvara Institute Hasanuddin Ali. (Syakir NF/Fathoni)