Nasional

Ini yang Diwiridkan KH As'ad Syamsul Arifin saat Hadapi Penjajah

Senin, 18 September 2017 | 01:04 WIB

Jakarta, NU Online
Ketika penjajah Jepang menguasai Indonesia, para kiai melawan dengan berbagai cara. Salah satu kiai tersebut adalah Pengasuh Pesantren Situbondo, KHR. As'ad Syamsul Arifin. Sebelum menggelorakan perang melawan Jepang, Kiai As'ad membaca Ratibul Haddad sejak tengah malam hingga subuh.

Hal tersebut diceritakan KHR Ahmad Azaim Ibrahimy saat menyampaikan ceramah agama pada peringatan Haul Majemuk pendiri dan pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, yang digelar di Pesantren Al-Wathaniyah 43 Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Ahad (17/9) siang. 

"Suatu ketika, Mbah As'ad memasuki wilayah Jember. Sepanjang malam, beliau komat-kamit. Hingga penduduk setempat tanya, gerangan apakah yang dilafalkan beliau. Lalu, beliau cerita kalau sedang mewiridkan Ratibul Haddad," ujar Kiai Azaim.

Menjelang subuh, lanjut Kiai Azaim, wiridan Kiai As'ad baru selesai. Konon, wirid tersebut diijazahkan oleh Syaikhona Cholil Bangkalan yang juga guru Hadratussyekh Hasyim Asy'ari Jombang. "Jadi, karomah wirid ini sungguh luar biasa. Jepang lari tunggang langgang menghadapi pasukan Mbah As'ad," tutur santri lulusan Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo ini.

Sejak saat itu, tambahnya, Kiai As'ad terus membaca Ratibul Haddad ketika menghadapi persoalan genting. "Wiridan ini oleh beliau kemudian diijazahkan kepada para santri Pesantren Sukorejo," jelas putra pasangan KH Dhofier Munawar dan Nyai Hj Zainiyah As'ad ini.

Menurut Ra Azaim, sapaan akrabnya, wirid Ratibul Haddad memiliki banyak keutamaan. Suatu ketika, di jazirah Arab ada seseorang yang sedang dikejar perampok Badui. Kemudian, ia membuat garis di tanah sembari merapal Ratibul Haddad.

"Sungguh aneh tapi nyata, para perampok itu tidak melihatnya padahal dilewati beberapa kali," ungkapnya.

Cucu Kiai As'ad ini berpesan, agar alumni dan para santri untuk melanggengkan wirid Ratibul Haddad. "Agar istiqomah membaca wirid ini. Selain telah menjadi tradisi sejak di pesantren, Insyaallah banyak manfaat dan berkahnya," pungkas Ra Azaim. (Cha Sholehah/Fathoni)


Terkait