Jakarta, NU Online
Peradaban Nusantara berbasis masyarakat lokal telah berkembang sebelum Islam masuk. Peradaban tersebut semakin diperkuat saat Islam disebarkan oleh para Wali Songo. Karena para sufi tersebut memahami bahwa Islam tidak hanya persoalan ibadah, tetapi juga ilmu pengetahuan, peradaban, dan budaya. Hal itulah di antara yang dibawa oleh Nabi Muhammad yaitu upaya membangun peradaban.
Hal itu mengemuka ketika Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj saat mengisi kuliah umum di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Jumat (5/4) di Kampus Matraman Jakarta Pusat.
Kiai Said menegaskan bahwa sebelum Islam masuk di jazirah Arab, masyarakat di sana dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam kondisi umiyyin dari sisi peradaban dan fi dzolalin mubin dari sisi keyakinan.
“Sebab itu, Nabi Muhammad diutus untuk membangun peradaban,” ujar Kiai Said di hadapan civitas akademika Unusia yang hadir di Aula lantai 4.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini menerangkan, pembangunan peradaban dalam prinsip ajaran Islam termasuk dari sisi kemanusiaan. Islam datang ke Nusantara membangun kesetaraan manusia satu dengan manusia lain.
Hal itu menurutnya tidak terdapat dalam agama lain yang mengenal kasta dan tingkatan manusia dalam struktur sosial. Agama mempunyai kitab suci. Setiap orang yang masuk Islam wajib membaca dan memahami kitab suci Al-Qur’an.
“Dalam keyakinan agama lain, hanya orang-orang Brahma yang berhak membaca kitab suci. Jangan hanya menengok, orang biasa tidak diperkenankan menengok kitab sucinya,” ucap Kiai Said dalam kuliah umum bertajuk Paradigma Islam Nusantara sebagai Model Keberislaman Dunia tersebut.
Guru Besar Ilmu Tasawuf itu mencontohkan hal lain terkait panggilan ‘ingsun’. Dahulu kala panggilan tersebut hanya diperuntukkan bagi orang-orang tingkatan raja, ksatria, brahma. Rakyat jelata tidak diperbolehkan menyebut dirinya ‘ingsun’.
“Ini berbeda dengan Islam yang banyak menyebut kata ingsun dalam setiap kajian kitab. Sebab itulah Islam dapat diterima secara luas oleh masyarakat Nusantara,” terang Kiai Said yang juga menekankan pentingnya membaca dan memahami Al-Qur’an kepada para mahasiswa Unusia.
Sebelumnya, Wakil Rektor III Unusia KH Mujib Qulyubi menyampaikan bahwa perkembangan kampus Nusantara di ibu kota turut membangun peradaban Islam yang maju dan moderat. Ribuan almunus dan ribuan mahasiswa aktif saat ini tidak hanya belajar ilmu-ilmu umum, tetapi juga diperkuat pemahaman keagamaan wasathiyah.
Hadir dalam kuliah umum tersebut Direktur Kemahasiswaaan Kementerian Ristekdikti Didin Wahidin, Asesor BAN PT yang juga Rektor UIN Riau Ahmad Mujahidin, Ketua Program Studi Magister Islam Nusantara M. Imdadun Rahmat, Akademisi Ulil Abshar Abdalla, dan segenap civitas akademika Unusia Jakarta. (Fathoni)