Jakarta, NU Online
Tembakau menjadi persoalan yang cukup kompleks mengingat cakupannya meliputi kesehatan, ekonomi, hingga budaya. Hal inilah yang menarik Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) untuk menelitinya secara mendalam, khususnya pada produk alternatif tembakau.
"Persoalan yang penting untuk dilihat," kata Ketua Lakpesdam Rumadi Ahmad dalam peluncuran buku Fikih Tembakau di aula lantai 8 Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (27/9).
Di sisi lain, lanjut Rumadi, banyak warga NU yang terlibat dalam industri tembakau, baik itu dalam pertaniannya, maupun dalam produksinya.
"Pasti punya implikasi terhadap warga Nahdlatul Ulama," ungkapnya.
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menerangkan bahwa tembakau menyerap tenaga kerja dan pendapatan negara yang cukup besar.
"Persoalan tembakau ini di samping dia mempunyai manfaat di dalam hal penyerapan tenaga kerja, kemudian bisa mendatangkan devisa, bahkan ketika BPJS kemarin kabarnya mengalami devisit, salah satu yang diincar untuk menutup itu adalah adalah dari industri tembakau ini," katanya.
Di samping itu, Indonesia dengan penduduk perokok yang cukup banyak menjadi pasar yang menggiurkan bagi industri tembakau, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Betapa produk tembakau dalam berbagai macam bentuknya itu beredar luas di kalangan masyarakat kita," ujar Rumadi.
Meskipun tembakau menghadirkan devisa yang cukup besar, tetapi mendapat serangan dari aspek kesehatan.
"Dunia kesehatan dengan berbagai macam jaringannya itu juga sudah menggalakkan untuk kampanye pembatasan konsumsi rokok," ungkapnya.
Rumadi teringat Budayawan Kang Sobary ysng menyebut bahwa rokok sebagai sumber segala penyakit menjadi semacam mitologi bagi dunia kedokteran.
"Ini bagian dari dinamika dan diskursus yang menarik untuk kita cermati," katanya.
Riset ini tidak mendalami hukum Islam mengenai status tembakau, tetapi lebih memfokuskan pada pentingnya produk tembakau alternatif sebagai solusi. "Yang kami lihat adalah bagaimana kebijakan mengenai produk tembakau," katanya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)