Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Korps PMII Putri (PB Kopri) Septi Rahmawati mengatakan bahwa perempuan adalah subjek yang rawan terpapar gerakan-gerakan radikal. Hal ini ia katakan ketika mengisi Diskusi Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB), Senin (28/8) di Gedung PBNU Jakarta.
Menurut perempuan kelahiran Lampung Tengah 27 tahun lalu ini, rawannya perempuan terpapar gerakan radikal disebabkan sejumlah alasan.
“Saya lebih melihat perempuan ini sebagai korban dari gerakan-gerakan radikal karena karakter perempuan yang rapuh dan mudah terasuki,” jelas Septi Ketum PB Kopri terpilih dalam Kongres ke-19 PMII di Palu pada 2-6 Mei 2017 lalu ini.
Menurutnya, selain propaganda radikal yang beredar luas di dunia maya dan banyak menjangkiti kaum muda, perempuan yang sudah menjadi istri juga secara otomatis mengikuti sang suami yang sudah bergabung terlebih dahulu ke dalam kelompok-kelompok radikal.
“Menyelamatkan perempuan dari gerakan radikal sama saja dengan menyelamatkan bangsa ini karena di belakang perempuan juga ada anak-anaknya,” ujar Septi di hadapan para aktivis pergerakan lintas organisasi yang hadir dalam forum diskusi tersebut.
Selain menyinggung persoalan radikalisme yang menjadi pokok persoalan bangsa saat ini, Septi juga memaparkan permasalahan pendidikan karakter yang saat mencuat kembali ketika polemik kebijakan Lima Hari Sekolah dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurutnya, pendidikan karakter sesungguhnya sudah berlangsung lama bahkan sejak zaman ketika bangsa Indonesia masih terjajah. Selain dipraktikan oleh para kiai di pesantren, Ki Hajar Dewantara pendiri Taman Siswa juga menekankan pendidikan tidak hanya sebatas nilai, kualitas karakter anak didik, seperti jujur, sopan, bertanggung jawab, dan lain sebagainya.
“Sebelum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendengungkan pendidikan karakter, kalangan pesantren sejak berabad-abad lalu sudah melaksanakannya,” terang Septi.
Di antara narasumber yang hadir ialah Bendahara Umum PBNU Bina Suhendra, Direktur Eksekutif LKSB Abdul Ghopur, Ketua Umum GMNI Chrisman Damanik, Pengurus Pusat GMKI Korneles Galanjinjinay, Social Entrepreneur Moses Latuihamalo, dan Candra dari GEMA Perhimpunan Indonesia-Tionghoa. (Fathoni)