Cirebon, NU Online
Pondok Buntet Pesantren berduka mendalam atas meninggalnya seorang putra terbaiknya. KH Ali Maufur merupakan sosok yang ahli shalat berjama'ah di masjid. Hal itu ia lakukan semenjak mudanya.
“Dari beliau muda, beliau itu qolbuhu mu’allaqun bil masjid (hatinya tertambat pada masjid),” kata KH Amiruddin Abkari, salah satu Pengasuh Pondok Buntet Pesantren, saat memberikan persaksian kebaikan Kiai Ali di Masjid Agung Pondok Buntet Pesantren, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (28/3).
Segala rintangan yang menghalanginya untuk shalat berjama'ah di masjid, ia lawan. Jangankan hujan, sakit pun ia paksakan demi beribadah dan bermunajat langsung di masjid.
“Hingga dalam keadaan sakit pun, beliau ke masjid,” lanjut Kiai Amir.
Sementara itu, Jamaluddin Husein, ketua Ikatan Asrama-asrama Pondok Buntet Pesantren (IKAPB) 2016-2018, mengungkapkan bahwa dua hari lalu ia berpapasan dengan Kiai Ali usai shalat Isya berjama'ah di masjid. Ia melihat sosok kiai yang pernah menjadi imam Masjid Agung Buntet Pesantren itu harus berjalan dipapah (dibantu untuk berjalan) oleh santrinya.
Kang Jamal, sapaan akrabnya, juga bercerita bahwa dulu pernah ia menawari Kiai Ali untuk diantar dengan motornya. Tetapi, kiai yang mengamalkan Tarekat Syadziliyah dari Abuya Dimyati Banten itu menolaknya dengan halus.
“Berjalan pahalanya lebih banyak, cung (dek),” ucapnya.
Kiai Ali pulang sembari terus melafalkan lafal jalalah. “Allah. Allah. Allah.” Itulah yang terus dibacakan oleh Kiai Ali sejak Rabu (27/3) malam sekitar pukul 22.00 WIB hingga mengembuskan nafas terakhirnya pada pukul 02.40 WIB, Kamis (28/3).
Jemarinya masih terlihat bergerak menandai jumlah zikirnya, meski salah satu mahasiswa Akademi Keperawatan Buntet Pesantren sudah memastikan kewafatannya melalui nadi tangannya sebelah kiri yang tak lagi berdenyut.(Syakir NF/Muhammad Faizin)