Jakarta, NU Online
Center for The Study of Islam and Social Transformation (CISForm) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta baru saja mengemukakan hasil penelitian terbarunya yang bertajuk Menanam Benih di Ladang Tandus: Potret Sistem Produksi Guru Agama Islam di Indonesia.
Direktur CISForm UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Wildan mengatakan, motivasi penelitian ini melanjutkan hasil penelitian yang dilakukan PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2017 dan 2018, yang melihat adanya keterikatan antara peran guru dan tumbuh suburnya intoleransi dan radikalisme di kalangan generasi muda, khususnya pelajar.
“Riset ini lebih mengafirmasi apa yang sudah didalami oleh PPIM UIN Jakarta terhadap riset-riset sebelumnya. Namun kami melakukannya jauh lebih spesifik tentang sistem produksi calon guru agama di Indonesia,” kata Wildan di Hotel Aryaduta Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (10/1).
Menutnya, penelitian ini menelaah lebih jauh sistem pendidikan yang menghasilkan guru-guru tersebut, yakni tentang mekanisme pendidikan dan pengajaran guru-guru agama di berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam baik di negeri maupun swasta di Indonesia.
Nantinya, sambung Wildan, hasil penelitian ini disampaikan kepada Kementerian Agama dan pihak-pihak terkait, kemudian dibukukan.
“Itu semua nanti kita harapkan menjadi kontribusi positif untuk arah ke depan yang lebih baik,” pungkasnya.
Sebelumnya, hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 41,6 % mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam berpandangan pemerintah Indonesia thaghut (tidak Islam), sejumlah 36,5% mahasiswa Prodi PAI berpandangan bahwa Islam hanya dapat tegak dengan sistem khilafah, 27,4% mahasiswa memiliki pandangan boleh menggunakan kekerasan dalam membela agama. Adapun di level dosen Prodi PAI: sebanyak 14,2% dosen PAI setuju bahwa Islam harus ditegakkan dengan negara Islam dan 16,5% setuju menggunakan kekerasan dalam agama.
Penelitian yang diselenggarakan pada Agustus hingga Oktober 2018 ini mengambil sampel di 19 PTKI di 8 wilayah. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan beberapa pertimbangan, yakni kota besar yang mempunyai PTKI besar yang sudah banyak meluluskan banyak guru PAI, kota yang berdekatan dengan daerah yang rentan radikalisme, dan institusi yang terpilih berdekatan dengan institusi swasta lainnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)