Nasional

Mantapkan Iman Dulu, Baru ‘Ngaji’ Agama

Kamis, 4 Juli 2019 | 03:00 WIB

Jember, NU Online
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menegaskan pentingnya umat Islam mengedepankan pemantapan iman terlebih dahulu sebelum mengkaji pengtahuan (keislaman). Sebab jika iman sudah mantap, maka ia bisa mengontrol otak dalam memahami Islam. Sebaliknya, jika mengkaji islam yang didahulukan sebelum memiliki keimanan yang kokoh, maka ia mudah terjebak dalam pemahaman yang salah.

“Saya tidak mengatakan semuanya, tapi banyak orang mendahulukan mengkaji Al-Quran tanpa menebalkan keimanan lebih dulu, mereka bisa jadi radikal,” ucapnya saat memberikan tausiyah dalam Pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kencong Periode 2019-2024 di aula gedung NU Kencong, Jember, Jawa Timur, Rabu (3/7).

Menurutnya, dalam mempelajari dan memahami  Islam  seharusnya  bertitik tolak dari pemantapan iman. Tujuannya agar iman bisa menjadi pembimbing bagi otak dalam memahami Al-Quran, Hadist dan sumber keislaman lainnya. Jika iman didahulukan, maka apapun ‘kejanggalan’ yang terjadi, hati masih bisa menerima karena punya landasan iman. Sehingga kesalahpahaman dalam memamahi ajaran Islam, tidak terjadi.

“Namun kadang yang terjadi adalah orang salah paham dalam memahami ajaran Islam karena imannya tidak didahulukan, dan  itu berbahaya,” lanjutnya.

Kiai Miftah mengaku bergabung dengan beberapa grup WhatsApp yang isinya adalah orang-orang terpelajar dan pintar. Namun kenyataanya, mereka begitu gampangnya membagikan informasi hoaks.

“Mereka dengan mudahnya membagikan informasi yang tidak benar, hoaks,” jelasnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya itu menandaskan, saat ini orang-orang yang salah dalam memahami Islam dan penebar informasi bohong  tidak sulit dijumpai di tengah-tengah masyarakat.

Oleh karena itu, fenomena tersebut harus direspon oleh para pengurus NU mulai dar pusat hingga cabang dengan memberikan pencerahan.

“Kalau kita tidak memberikan pencerahan, maka akan lebih banyak lagi orang-orang yang seperti itu. Kita perlu persiapan untuk itu. Makanya ada PKPNU (Pendidikan Kader Penggerak Nahdltul Ulama),” pungkasnya. (Aryudi AR)


Terkait