Nasional

Penanganan Pascagempa Lombok Terkendala Minimnya Alat Berat

Selasa, 7 Agustus 2018 | 08:50 WIB

Penanganan Pascagempa Lombok Terkendala Minimnya Alat Berat

Tim NU Peduli tangani pascagempa NTB

Jakarta, NU Online
Ketua LPBI PBNU, M Ali Yusuf mengatakan penanganan pascagempa NTB saat ini masih terkendala kurangnya alat berat untuk mengambil reruntuhan dari banyaknya bangunan dan rumah yang roboh.

“Banyak rumah runtuh. Prosesnya terkendala karena alatnya masih terbatas, bukan tidak bisa dievakuasi, tapi kalau ambil manual, akan jadi beban,” kata Ali ditemui Ruang LPBI PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat, Selasa (7/8).

Karena itu, sampai hari ini belum ada data yang detail berapa rumah dan bangunan yang rusak, sementara laporan lapangan menunjukkan jumlah warga meninggal dan luka-luka terus meningkat. Menurut Ali salah satu penyebab banyaknya jumlah korban karena kejadian gempa pertama berlangsung pada saat malam hari, di mana masyarakat banyak beritirahat dan beraktivitas di dalam ruang. 

Atas kejadian gempa tersebut, PBNU meminta seluruh komponen keluarga besar NU untuk mengerahkan bantuan ke NTB. Daalam hal ini, LPBI NU NTB telah turun langsung ke lapangan. Ali menyebut LPBI NU NTB telah dibekali penanganan kebencanaan sehingga kerja mereka lebih efektif dan cepat.

“Kita dorong sejak lama masing-masing daerah bersinergi dengan pegiat bencana untuk simulasi dan bareng-bareng pelatihan sehingga pada kejadian seperti ini mereka punya kemampuan teknis dasar penyelamatan,” kata Ali.

Ia juga merinci terdapat 93 relawan NU yang bekerja di enam titik posko bantuan. Posko NU Peduli ini melibatkan PCNU Lombok Timur, LPBI PWNU NTB, LAZISNU PWNU NTB, LPBI PWNU BALI, PMII, Muslimat NU, Banser.

Sejumlah respons NU atas gempa NTB adalah mendirikan Pos NU Peduli, membantu evakuasi, melakukan kajian cepat, menyalurkan bantuan makanan siap saji, mendirikan dapur umum, melakukan kegiatan psikososial, membuat tenda poengungsi, memberikan alas tidur berupa kasur lipat, memberikan selimut, memberikan snack untuk anak-anak, memberikan biskuit dan sereal, dan memberikan pakaian dalam untuk kaum perempuan.

Hingga hari ini penanganan tersebut melibatkan 10 orang dalam tim psikososial, lima dokter dan tiga perawat serta ambulans untuk mendukung tim medis. (Kendi Setiawan)


Terkait