Nasional

Penjajah Belanda Pisahkan Pesantren dengan Keraton

Senin, 10 Desember 2018 | 23:00 WIB

Penjajah Belanda Pisahkan Pesantren dengan Keraton

Wayang Wolak-walik kreativitas Jumali, Wakil Ketua Lesbumi PBNU

Jakarta, NU Online 
Pertunjukan wayang yang ada sekarang merupakan kreativitas dari Wali Songo. Namun, kenapa seolah jauh dari pesantren yang merupakan ahli waris dari ajaran-ajaran Wali Songo? 

Menurut Habib Anis Sholeh Ba’asyin, pada mulanya wayang dan pesantren di Jawa sangat menyatu. Kemudian terpisah setelah kekalahan Perang Jawa antara rakyat Indonesia yang dipimpin Pangeran Diponegoro melawan Belanda.    

“Jadi, ketika Perang Jawa, Diponegoro kalah, ada kooptasi dari asing (Belanda) kepada kerajaan-kerajaan,” katanya di Gedung PBNU, akhir pekan lalu. 

Kerajaan yang dikuasai Belanda membuat sikap pesantren berubah, menjadi anti. Yang tadinya berjalan erat beriringan, menjadi berjarak. 

“Mereka (pesantren) menarik diri. Iitu juga menjadi awal jarak antara Islam santri dengan kejawaan. Jadi, mereka menarik diri dari pusat-pusat kerajaan ke desa-desa, dan mereka menolak ekspresi budaya yang sudah diklaim milik keraton seperti wayang. Mulai itu perpisahannya,” jelasnya. 

Keberhasilan kooptasi Belanda itu, sambung Habib Anis, kemudian diradikalkan untuk membelah sekalian agar semakin terpisah. Akibatnya, generasi pesantren dan keraton yang sudah jauh, semakin merasa tidak berhubungan. 

“Mereka lupa, asal-usul wayang itu dari wali, dari Sunan Giri, Sunan Kalijaga,” pungkasnya. (Abdullah Alawi)


Terkait