Nasional

Perang Antar-Suporter ala Liga Santri Nusantara

Senin, 18 September 2017 | 09:00 WIB

Perang Antar-Suporter ala Liga Santri Nusantara

Momen penutupan LSN Region 1 Grup B Jateng di Blora

Blora, NU Online
Bagi sebuah tim, keberadaan suporter sangatlah berpengaruh. Darinyalah suntikan semangat didapat. Tanpa ada suporter, laga sepakbola mungkin hanyalah bak gerombolan lalat berebut tempat hinggap pada sebutir nasi. Senyap tak berbunyi.

Oleh karenanya, jamak ditemui berbagai kelompok yang begitu fanatik akan sebuah tim yang mereka cintai. Bahkan ada yang hingga nyawa pun rela mereka pertaruhkan demi harga diri tim yang mereka bela.

Sayangnya, jika kita menengok sejarah suporter indonesia, tentu akan ditemukan sejarah berdarah didalamnya. Mulai dari saling ejek antarpendukung, baku hantam bebatuan, hingga tawuran bersenjata tajam menjadi hal yang tidak asing dalam dunia persepakbolaan Indonesia.

Lain halnya dengan Liga Santri Nusantara (LSN). Pagelaran sepakbola yang dimotori Rabitah Ma’had Islam Nahdlatul Ulama (RMI NU) itu menjadikan sepakbola sebagai ajang yang penuh akan lantunan syair-syair agama. 

Sebut saja pendukung dari kesebelasan asal Blora, An Nur FC. Mereka menyemangati para duta sepakbolanya dengan melantunkan asmaul husna. Terbukti, dengan hal itu justru seisi stadion terbawa suasana sehingga tanpa sadar mereka juga ikut melafalkan asmaul husna. Belum lagi dengan iringan genderang yang sengaja mereka bawa, para pemain pun terlihat lebih semangat.

Ada lagi yang lebih unik. Dikarenakan kurangnya koordinasi antarpendukung, para suporter Sirbin FC menyatukan para pendukungnya dengan bershalawat badar. Ya, shalawat yang begitu familiar di telinga santri ini, mampu menyatukan suara suporter yang awalnya tidak terkondisikan.

Para pendukung Sirbin FC juga sesekali menyelinginya dengan mendendangkan baris-baris tashrifan ilmu sharaf, sesuai dengan keadaan bola. Jika bola berada di kotak penalti lawan, maka mereka menggunakan lafadz dakhala yang artinya masuk, untuk ditasrif bersama. Namun, jika bola berbalik arah menuju kotak penalti kawan, maka lafadznya diiganti dengan nashara yang artinya tolong. Dengan maksud agar Allah memberikan pertolongan kepada timnya.


Beda pula bagi para suporter pendukung Robin FC Rembang. Para pendukung yang juga santri Gus Mus ini terlihat lebih matang persiapannya. Terbukti pada saat Robin FC berlaga di final, mereka dengan kompaknya menampilkan beberapa koreografi yang dipimpin salah satu santri yang berada di bagian paling depan. 

Sambil melantunkan yel-yel yang mereka karang sedemikian rupa, tarian tangan serta koreo menggunakan lembaran kertas warna, ikut menyelingi sesuai dengan nada. Gemuruh bas dan drum yang mereka tabuh juga menambah meriah suasana dan euforia dalam laga yang digelar di Kota Blora. (Ulin Nuha Karim/Mahbib)


Terkait