Jakarta, NU Online
Keprihatinan atas banyaknya semangat dakwah umat Islam, khususnya generasi milenial yang bertentangan dengan etika dakwah seperti ujaran kebencian dan provokatif membuat Lembaga Dakwah PBNU menggelar pelatihan dai milenial.
Pelatihan yang diselenggarakan di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Selasa (22/5). ini setidaknya diikuti 200 peserta dari berbagai daerah: mulai dari siswa SMA, mahasiswa hingga organisasi kepemudaan.
"Maka kami berikhtiar untuk mengumpulkan dai-dai milenial: kita didik bagaimana menjadi dai yang ramah, santun. Dai yang mengajak, bukan yang mengejek, dai yang menyejukkan, bukan dai yang membuat resah, apalagi yang membuat ujar kebencian," kata Ketua Panitia Ustadz H Masruhin Abdul Majid di Gedung PBNU, Senin (21/5).
Adapun materi yang disuguhkan pada pelatihan ini di antaranya tentang ke-NU-an dan kebangsaan. Menurut Masruhin, akhir-akhir ini banyak dai yang menggunakan simbol-simbol Islam, tetapi menghilangkan simbol-simbol kenegaraan. Baginya, keislaman dan kenegaraan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
"Nah, kita pengen dai yang hubbul wathan (cinta tanah air) dan hubbuddinnya (cinta agama) itu seimbang," ucapnya.
Materi lain yang disuguhkan adalah cara dakwah di dunia maya, khususnya media sosial. Sebab dalam amatannya, dai-dai yang tidak toleran dan suka menyebarkan ujaran kebencian melalui Youtube.
Adapun pembicara yang mengisi pelatihan ini di antaranya Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, KH Zakky Mubarok, KH Abdul Manan Ghani, Ustadz H Bukhori Muslim, KH Agus Salim dan Ustadz H Masruhin Abdul Majid.
Menurutnya, pelatihan ini juga diisi dengan praktikum, yakni para peserta diminta untuk langsung praktik berdakwah untuk bisa dinilai oleh panitia, dan ditutup dengan kajian kitab kuning. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)