Nasional

Puasa Ramadhan di Negeri Sakura

Rabu, 15 Mei 2019 | 10:00 WIB

Puasa Ramadhan di Negeri Sakura

Warga NU di Jepang

Jakarta, NU Online
Musim dingin telah berlalu. Musim semi menepi. Di saat itulah Ramadhan 1440 H tiba di negeri Sakura. Suhu yang mulai naik dan waktu puasa yang cukup panjang, 14,5 jam, cukup membuat Muslim di sana khawatir.

Namun, musim semi belum berakhir. Hujan yang masih kerap turun pun menghapus kekhawatiran sehingga puasa dijalani dengan lancar.

"Alhamdulillah ternyata suhu udara masih naik turun masih sering sejuk dan hujan. Jadi tidak terasa memberatkan sehingga lama waktu puasa tidak terasa karena setelah sahur jam dua umumnya semua tidur kembali hingga pagi," ujar Miftakhul Huda, Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, kepada NU Online pada Selasa (14/5).

Di hari-hari aktif, pada umumnya masyarakat menjalani puasa seperti biasa. Huda, sapaan akrabnya, lebih sering berbuka di kantornya, Institut Teknologi Tokyo, Jepang.

Namun, di akhir pekan, ia dan masyarakat Muslim Indonesia, Nahdliyin khususnya, menikmati buka bersama di Masjid Al-Ikhlas Kabukicho atau Masjid Nusantara di Akihabara, dua masjid yang dikelola oleh warga NU di sana.

Di setiap akhir pekan menjelang buka bersama, Masjid Indonesia di Tokyo menggelar pengajian yang diikuti oleh Muslim Indonesia di sekitar Tokyo.


Foto: Buka Puasa Bersama

PCINU Jepang juga, katanya, menggelar pengajian akbar setiap usai tarawih di akhir pekan di dua masjid yang dikelolanya. "Masjid Nusantara dan Masjid Kabukicho yang dikelola NU juga mengadakan pengajian akbar tiap akhir pekan setelah tarawih," tutur Peneliti Nanotek, Semikon, dan Katalis tersebut.

Pada pengajian tersebut, PCINU Jepang menghadirkan tiga dai dari Indonesia yakni Sekretaris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Moch Bukhori Muslim, pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Banten KH Tsabit Latief Hasanuddin, dan Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar.

Hidup berdampingan dengan muslim dari berbagai negara semakin mengeratkan persaudaraan sesama Islam. Buka bersama menjadi momennya, terlebih dengan ragam menu dari negeri masing-masing.

"Alhamdulillah di luar negeri kami hidup bersama warga muslim dari berbagai negara sehingga menu buka bersamanya ada yang kare india, makanan khas turki, dan lain-lain tergantung siapa yang masak atau pengurus masjidnya. Kami bisa menikmati makanan khas tiap negara," cerita Huda.


Foto: Menu Buka Puasa

Bahkan, hubungan Muslim dan non-muslim di sana juga erat. Terbukti dengan beberapa di antaranya yang mengikuti buka bersama.

"Alhamdulillah orang Jepang menghormati kita yang muslim untuk beribadah puasa sehari-hari. Kadang beberapa orang Jepang ikut acara buka bersama yang diadakan umat muslim di sini," katanya.

Meskipun demikian, dua masjid tersebut, sebagaimana masjid lainnya, menggelar buka bersama bahkan sahur bersama setiap hari. "Masjid Nusantara Tokyo dan Masjid Kabukicho yang PCINU Jepang kelola menyediakan sahur bersama dan bukber tiap hari," ujar pria asal Pekalongan, Jawa Tengah itu.

Dua masjid yang terletak di Tokyo itu juga menjadi tujuan Muslim di sana mengikuti shalat tarawih. Mereka, katanya, harus menempuh waktu setengah hingga dua jam untuk sampai di masjid tersebut. "Masjid Nusantara dan Masjid Kabukicho yang PCINU kelola pakai 20 rakaat," pungkasnya. (Syakir NF/Muhammad Faizin)


Terkait