Nasional

Ragam Seni Nusantara Dipentaskan

Jumat, 1 Juni 2012 | 06:19 WIB

Yogyakarta, NU Online
Beragam seni Nusantara akan dipentaskan pada rangkaian peringatan ke-50 tahun Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia pada Jumat-Ahad (1-3/6) di Pondok Pesantren Kaliopak, Yogyakarta, yang diasuh Muhammad Jadul Maula. 
<>
Pagelaran bertema “Menggali Kearifan Hidup Berbangsa dalam Khazanah Seni Nusantara” dimulai Jumat (1/6) pukul 15.00 dengan penampilan Barongsai. Malam harinya digelar penampilan tari Rapai Geleng. 

“Rapai Geleng ini merupakan tarian berasal dari Aceh. Dari gerak-geriknya, sepertinya tari ini merupakan ekspresi pengamal tarekat Rifaiyah,” jelas Muhammad Jadul Maula. 

Kemudian, sambung Jadul yang juga Wakil Ketua PP Lesbumi, acara dilanjut dengan tarian Ronggeng Gunung, merupakan tarian yang berasal Ciamis, Jawa barat. Kemudian disambung penampilan tarian Yahoowa, kesenian dari Mentawai, Sumatera Barat. Disusul pementasan Wayang Kulit.

“Dalangnya Ki Radyo Harsono melakonkan Begawan Ciptoning. Lakon ini menceritakan Arjuna yang melakukan topobroto untuk mendapatkan panah sakti Pasopati,” jelas Jadul

Pada hari kedua, Sabtu, (2/6) digelar Legong Kraton, Panji Sumirang kesenian dari Bali, Klenggotan, dan Srandul. Srandul merupakan kesenian tua sebelum ketoprak Jawa. Srandul adalah perpaduan sandiwara, tari, musik dan tembang; diakhiri pentas Wayang Kulit dalang Ki Suko Cermo Subronto melakonkan Wahyu Makuto Romo. 

Pada hari ketiga, Ahad, (3/6) menggelar kesenian Warokan dan Jatilan, kemudian Mondreng, Shalawat Montro dan Emprak Kaliopak. 

“Mondreng merupakan shalawat dalam bahasa Jawa. Diperkirakan berkembang pada zaman kerajaan Islam Demak. Dari pembabakan waktu, katakanlah ini zaman klasik. Kemudian Shalawat Montro, berasal dari zaman madya dan Emprak Kaliopak, paling dekat dengan kekinian,” tambahnya. 

Kemudian pagelaran diakhiri dengan pementasan Wayang Kulit Ki Suwondo Hadi Prayitno yang melakonkan Semar Mbangun Kahyangan.

Menurut Jadul, Pagelaran Seni Nusantara merupakan salah satu ikhtiar Lesbumi dalam menggali, mengumpulkan, menampilkan, dan mengembangkan budaya bangsa yang semakin terdesak ke pinggiran sejarah bangsa Indonesia. 

Lebih jauh, Jadul menegaskan, hal ini merupakan cermin dari pandangan budaya Lesbumi yang selalu meyakini bahwa bangsa ini memiliki fondasi kultural yang kuat dan pejal, hanya saja selama ini terlalu lama diabaikan. Pagelaran ini diharapkan dapat menjadi ruang bagi berbagai cabang seni yang selama ini jarang dipentaskan. 


Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Abdullah Alawi


Terkait