Rahasia Huruf “Dlad" di Lambang NU Menurut KH Ma’ruf Amin
Sabtu, 22 Oktober 2016 | 10:30 WIB
Lambang Nahdlatul Ulama terdiri dari susunan gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh sembilan bintang, dengan tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri.
(Baca: Inilah Perubahan Logo NU Hasil Muktamar Ke-33)
Logo ciptaan KH Ridlwan Abdullah berdasarkan hasil istikharah ini dibuat dengan mempertimbangkan makna-makna di kandungnya. Di mata Rais 'Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, ada yang unik dari gambar susunan huruf di lambang NU. Huruf dlad (ض) yang ditulis memanjang melintasi bola dunia adalah isyarat bahwa NU harus memberi warna pada dunia global.
“Huruf ini juga unik. Rasulullah pernah bersabda ‘anâ afshahu man nathaqa bidl-dlâd’ (aku adalah orang yang paling fasih mengucapkan huruf dlad),” katanya di hadapan ribuan warga yang memadati Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (21/10) malam, dalam acara pembacaan shalawat Nariyah pada peringatan Hari Santri Nasional.
Menurutnya, Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah yang ditampilkan di Nusantara menjadi contoh ideal bagi umat Islam di berbagai penjuru dunia, karena mengusung semangat moderasi, toleransi, dan juga cinta.
“Nahdlatul Ulama tidak ingin Islam tawassuthiyah (moderat) hanya berkembang di Indonesia tapi juga bisa meluas di dunia internasional,” tuturnya.
Ia juga menegaskan bahwa NU sejak dulu memegang prinsip al-muhâfadhah ‘alal qadîmis shâlih wal akhdzu bil jadîdil ashlah (melestarikan tradisi lama yang baik dan mengadopsi hal-hal baru yang lebih baik). Namun, katanya, dua hal ini tidak cukup. “Harus ditambah lagi, al-ishlâh mâ huwal ashlah (membangun perbaikan untuk menjadi lebih baik,” imbuhnya.
Usaha perbaikan atau pembenahan ini, katanya, juga mesti berlangsung terus menerus, tidak berhenti pada satu momen saja. “Sehingga yang pas adalah ‘al-ishlâh mâ huwal ashlah tsummal ashlah wal ashlah. Lebih baik lagi, lebih baik lagi,” paparnya.
Tampak hadir dalam kesempatan ini Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, Katib ‘Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, Mustasyar PWNU DKI Jakarta KH Maulana Kamal Yusuf, pejabat daerah setempat, dan segenap pengurus syuriyah dan tanfidziyah PWNU DKI Jakarta.
Acara pembacaan shalawat Nariyah tersebut menjadi bagian dari agenda Pembacaan 1 Miliar Shalawat yang digelar secara serentak di Indonesia. Selain di Jakarta, pembacaan shalawat Nariyah juga dipusatkan di Lamongan, Lirboyo, Pasuruan, Situbondo, Lampung Tengah, Balikpapan, dan Samarinda. (Mahbib)