Nasional

Waspada, Perempuan Bisa Dimanfaatkan Kelompok Radikal

Ahad, 29 Oktober 2017 | 05:00 WIB

Waspada, Perempuan Bisa Dimanfaatkan Kelompok Radikal

Ida Fauziah (kanan) di Konbes IPPNU, Sabtu (28/10)

Yogyakarta, NU Online
Anggota DPR-RI Ida Fauziyah mengatakan, peran perempuan dalam menangkal radikalisme sangat penting.

“Terorisme adalah kejahatan luar biasa yang menjadi musuh dunia. Jaringan terorisme mulai melibatkan perempuan sebagai pemeran aktif,” kata Ida pada Seminar Peran Perempuan Menuju Indonesia Bebas
Radikalisme di Konferensi Besar (Konbes) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Asrama Haji Yogyakarta, Sabtu (28/10) sore.

Ida menyebut beberapa perempuan terlibat sebagai pemeran aktif dalam aksi terorisme seperti Dian Yulia Novi, calon ‘pengantin’ bom bunuh diri;, Ika Puspitasari yang ditangkap di Purworejo; Umi Delima, istri Santoso pimpinan Mujahidin Indonesia Timur yang ditangkap Poso, Sulteng, 

"Kelompok radikal bisa memanfaatkan kelemahan dan kodrat perempuan untuk direkrut menjadi teroris," papar aktivis perempuan itu.

Menurutnya perempuan dijadikan sebagai kurir dan dimanfaatkan untuk merekrut anggota lain. 

“Hal itu dilakukan karena perempuan lebih bisa masuk kemana-mana, bahkan mampu mengelabui petugas,” tambahnya.

Terkait hal itu, IPPNU harus menjadi garda terdepan dalam melawan gerakan radikalisme. 

“IPPNU harus menjadi teman untuk para remaja, khususnya pelajar perempuan, karena dengan menjadi teman para pelajar,” lanjut Ida.

IPPNU akan mudah dalam mewujudkan deradikalisasi di kalangan pelajar. Organisasi IPPNU sangat strategis dalam melakukan deradikalisasi. 

“Karena yang menjadi sasaran gerakan radikal adalah para remaja yang juga menjadi konsen kaderisasi IPPNU,” tegasnya.

Aktivis perempuan Rustini Murtadho menyampaikan IPPNU harus menguatkan strategi dalam penguatan ideologi ke-Nuan, karakter Aswaja an-Nahdliyah, trilogi ukhuwah.

“Pandai-pandai memilih organisasi di berbagai bidang, termasuk politik, serta fokus pada persiapan ideologi menuju, perguruan tinggi dan pesantren, dan terakhir perkuat perspektif perempuan,” harapnya.(Anty Husnawati/Kendi Setiawan)


Terkait