Padatnya acara kongres IPNU-IPPNU yang dihelat di Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Kabupaten Brebes kemarin tak pelak membuat peserta yang mengikuti sidang-sidang dari pagi hingga malam mengalami kelelahan dan kejenuhan fisik dan mental.
Lokasi kongres yang jauh dari hiruk pikuk hiburan, tak ada pilihan lain kecuali memanfaatkan waktu jeda untuk menikmati aneka makanan dan pakaian yang di pajang di stand bazar yang memang secara khusus disediakan untuk peserta kongres. Masyarakat sekitar pondok banyak juga yang memanfaatkannya untuk sekedar membeli makanan atau souvernir yang disediakan.<>
Moment ini ternyata telah lama ditunggu-tunggu oleh beberapa Pimpinan Cabang IPNU IPPNU di sekitar tempat kongres untuk mencoba peruntungan dengan menjajakan berbagai kerajinan daerahnya masing-masing.
Sebut saja PC IPNU-IPPNU Jepara menyediakan aneka souvernir dari ukiran kayu, Kota Pekalongan menyediakan khas batiknya. Kemudian Purworejo menyediakan buku-buku bacaan seputar Nahdlatul Ulama, serta beberapa cabang lain tak mau ketinggalan untuk mencoba hal yang sama.
Ulin Nuha salah seorang peserta Kongres IPNU asal Sulawesi Selatan kepada NU Online mengatakan, stand bazar yang disediakan panitia memang menjadi hiburan tersendiri bagi dirinya. Apalagi kegiatan kongres yang berkolasi di pesantren yang jauh dari hiburan, sehingga mau tak mau stand bazar menjadi tujuan utama untuk menghilangkan kejenuhan mengikuti persidangan.
Lain lagi dengan Anisah peserta Kongres IPPNU asal Sumatra yang sengaja ikut menghadiri kongres, selalu memanfaatkan moment ini untuk mencari souvernir yang antik-antik untuk oleh-oleh keluarga dan teman-temannya dan dia dapatkan di stand bazar.
Kondisi semacam ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh peserta bazar yang mayoritas diisi oleh anak-anak IPNU IPPNU dengan menyediakan aneka macam kebutuhan.
Diantara stand yang menarik perhatian peserta kongres yakni stand PC IPNU Kota Pekalongan yang menyediakan aneka batik yang cukup terjangkau pembeli. Usai penutupan kongres oleh Wakil Presiden RI, banyak peserta yang memborong baju batik untuk oleh-oleh keluarga. Tak pelak, mesti menurut jadual usai penutupan kongres stand bazar akan dikemasi, namun kenyataannya baru malam harinya berhasil dikemasi karena banyaknya pembeli.
Walhasil, Bazar atau pasar murah tidak lagi sekedar pelengkap di arena kongres, muktamar atau munas, akan tetapi lebih dari itu dapat memenuhi kebutuhan peserta untuk penyediaan barang-barang sekaligus menjadi media hiburan alternatif penghilang kejenuhan. (amz)