Banyak kabar tentang perkembangan Pesantren, tetapi kebanyakan kabar berita itu muncul dari pesantren di Jawa Timur yang memang gudangnya pesantren, atau pesantren di Jakarta karena kedekatannya dengan akses media massa.
Namun sekarang, sayup-sayup berita kegiatan pondok pesantren dari Jawa Barat, tepatnya dari Pesantren Al-Ittifaq sering muncul menghiasi media massa baik media cetak, online, maupun televisi.<>
Al-Ittifaq sebenarnya sudah lama dikenal sebagai pesantren teladan dalam bidang agribisnis. Di bawah pimpinan KH Fuad Affandi, pesantren itu berkibar dari pedalaman kaki Gunung Patuha Kabupaten Bandung dengan semangat wirausaha desa yang dikelola secara khas.
Lebih dari sepuluh tahun pesantren ini memasok hasil pertanian ke supermarket besar seperti Hero (Giant) dan swalayan lain, termasuk memasok sayuran ke pasar-pasar menengah di kota Jakarta, Bandung dan sekitarnya. Dengan melibatkan sekitar 700 santri beserta 5 kelompok tani di kecamatan Rancabali dan kecamatan Ciwidey, koperasi Al-Ittifaq kini mewujud sebagai lembaga keagamaan yang mandiri. Para santri yang belajar pun tidak perlu membawa bekal untuk mengaji di pesantren itu.
Lama kelamaan banyak masyarakat yang menitipkan anaknya untuk dididik pintar agama. Tetapi karena belajar agama saja tidak cukup, maka pilihan menitipkan anak-anaknya ke Al-Ittifaq adalah terobosan baru.
“Saya jauh-jauh dari Ind ramayu menitipkan anak saya ke Bapak Kiai Fuad supaya anak saya pintar ngaji, bersekolah dan bisa berwirausaha,” ujar Acep Kusnandar, seorang Petani yang anaknya tahun lalu lulus sekolah dasar.
Kepada pengasuh Pesantren Al-Ittifaq, anaknya dititipkan. Ia cukup membekali uang makan sebesar Rp 200.000 pada saat anaknya berada di sana. Setelah itu ia tidak lagi mengirim bekal karena anaknya di sana dicukupi oleh pengurus pesantren.
Kiprah KH Fuad Affandi, yang pernah nyantri di pesantren Al Hidayah Lasem itu memang unik. Berbekal kemampuannya bercocok tanam dan berdagang membuat dirinya menjadi pakar pertanian mengalahkan para ilmuwan akademik. Berbagai liputan media massa untuk kegiatan pertanian di Al-Ittifaq itu sekarang terus bermunculan dan akibatnya banyak santri baru dari berbagai daerah yang berdatangan.
“Tidak apa-apa nyantri di sini sekalipun tidak punya bekal. Mau lulus SD, SMP, SMA, atau pensiunan juga boleh. Semoga dengan lahan yang kita kelola ini bisa mencukup dan berkah,” kata Mang Haji yang dikenal sebagai pendiri tarekat Sayuriah ini.
Di buku biografinya yang best-seller berjudul Entrepreneur Organik (Rahasia Sukses KH Fuad Affandi Bersama Pesantren dan Tarekat Sayuriahnya) itu Kiai Fuad memang mengatakan sebagai pendiri tarekat Sayuriah. “Agama saya Islam karena itu saya bertani, tarekat saya sayuriah,” ujarnya terkekeh berseloroh.
Satu hal baru sejak diluncurkannya buku tersebut mengundang para alumni pesantren dari berbagai daerah yang nyantri berstatus magang di Al-Ittifaq. Para alumni pesantren yang rata-rata berumur 23-27 tahun itu rata-rata sudah banyak belajar agama. Tetapi karena ilmu bertaninya kurang lantas meneruskan ke Al-Ittifaq. Dengan nyantri beberapa bulan, atau bahkan bertahan sampai lewat satu tahun mereka mendapatkan bekal ilmu bertani dan berwirausaha untuk kemudian dikembangkan ke rumahnya.
Bagaimana Belajar Agama dan Agribisnis di Al-Ittifaq?
Dari situs http://entrepreneurorganik.blogspot.com Fifin, ajudan KH Fuad Affandi menjelaskan panjang lebar sebagai berikut:
Untuk sekedar nyantri (mengaji di pesantren Salafiah) dibebaskan biaya selama mau bekerja di ladang bersama santri lain sesuai aturan kehidupan pesantren Al-Ittifaq. Bebas biaya makan harian dan santri bisa mencari bekal sendiri dengan banyak hal di lingkungan pesantren Al-Ittifaq.
Untuk siswa sekolah di madrasah memang ada biaya formal. Di pesantren Al-Ittifaq terdapat dua sistem pengajaran secara umum, yakni murni nyantri, belajar mengaji dan belajar beragribisnis serta sekolah umum di madrasah Al-Alif.Sedangkan bagi yang ingin magang bertani (tanpa mengaji) Pesantren Al-Ittifaq memberikan kebebasan waktu dan kemampuan para peserta individu.
Jika ingin magang beberapa hari saja juga bisa. Untuk tempat tinggal disediakan di sekitar pesantren. Untuk instansi biasanya terdapat pilihan paket magang. Ada yang 2 hari, 3 hari, ada pula yang memilih selama 7 hari. Mengenai biaya Pesantren Al-Ittifaq sangat fleksibel. Dihitung jumlah peserta, lama waktu.
Untuk lebih jelas bisa langsung datang ke Pesantren Al-Ittifaq di Dusun Ciburial, Alamendah, Rancabali, Kabupaten Bandung. Hubungi Zaenal Arifin (Fifin: 081220061504). ( ysf)