Dakwah yang efektif itu dengan memberikan uswatun hasanah. Sebab, dakwah itu melingkupi banyak hal, bukan saja nilah agama, tapi juga pendidikan, ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya.
Demikian dikatakan mantan ketua Misi Islam, H Muhammad Danial Tanjung (76), saat ditemui di rumahnya di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Selasa (30/11).<>
"Bicara, ceramah ke sana ke mari, menyampaikan ayat atau hadits itu penting, belum cukup. tablig atau menyampaikan ayat dan hadits penting, tapi belum cukup. Sekali lagi belum cukup," tegas tokoh Nahdlatul Ulama asal Nias Sumatra Utara itu.
Dia menyatakan ceramah agama yang di banyak televisi-televisi itu bukan dakwah, tapi tablig, hanya menyampaikan. "Setelah ceramah di televisi, kita tidak tahu kan apa yang dilakukan di rumahnya, di jalan, di pasar, di kantor?" tambahnya.
Di lingkungan aktivis Nahdlatul Ulama, Danial Tanjung dikenal gigih dalam berdakwah. Dialah yang pertama kali mengirim da'i-da'i ke daerah-daerah yang pendidkan agama Islamnya masih kurang, antara lain di Papua, Nusa Tenggara TImur, Kalimantan, dan Nias, era enam puluh hingga tujuh pulahan.
"Sebelum diberangkatkan para da'i dari pesantren itu kita latih keterampilan, dibekali ilmu sosial tambahan, dan ditanamkan niat yang tulus. Mereka dilatih selama 40 hari di Jakarta," jelasnya.
Meski sudah tua, tapi semangat dakwah mantan aktivis Ansor NU tahun 60-an itu tidak surut sekalipun. Tahun 2003, di tanah kelahirannya, Gunung Sitoli-Nias, dia mendirikan pesantren putri bernama Ummi Kulsum.
"Ummi Kulsum itu nama ibu saya. Saya mendirikan pesantren putri saja karena perempuan itu dasar dan benteng sekaligus untuk mendidik akhlak. Perempuan kan yang lebih waktu banyak bersama anak? Ini pandangan orang dulu? Tapi insya Allah masih relevan," jelas Danial.
"Pesantren cocok untuk berdakwah, karena guru dan muridnya bergaul 24 jam. Murid akan tahu perbuatan gurunya yang tidak pas dengan perkataannya di kelas. Mau tidak mau, uswatun hasanah akan dilakukan," pungkasnya. (hh)