Perbedaan pendapat di antara para ulama Islam telah menjadi fenomena akademik di dunia Islam sejak masa-masa awal perkembangannya. Karenanya, mestinya umat Islam tidak perlu berlebihan menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut.
Demikian dikatakan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di hadapan para ulama dan hafidh (penghafal) Al-Qur’an dalam penutupan sema’an khataman Al-Qur’an, di Pesantren Ciganjur, Jl. Warung Silah Jakarta Selatan (22/11).<>
Dalam khataman yang ditutup dengan bacaan dzikir ala Jam’iyyah Dzikrul Ghafilin ini, Gus Dur menyatakan prihatin terhadap kondisi persatuan yang semakin menipis di kalangan ulama.
Menurutnya, kekhawatiran ini diakibatkan oleh kurangnya penghargaan mereka terhadap perbedaan-perbedaan pendapat. Padahal masing-masing memiliki landasan ilmiah dalam menentukan sebuah pilihan.
“Sedikit-sedikit, saling bermusuhan. Hanya karena berbeda pilihan politik kemudian saling tidak menyapa. Padahal mestinya tidak demikian,” terangnya.
Lebih lanjut Gus Dur menyitir pernyataan Ibnu Atho’illah Assakandari dalam maha karya tasawufnya, al-Hikam, Laa tashab man laa yunhiduka maqooluhu ilaallaahi (janganlah menemani seseorang yang pernyatan-pernyataannya tidak menjadikan semakin dekat kepada Allah).
Menurut Gus Dur, meskipun berbeda semestinya seseorang tetap dapat saling mengingatkan untuk mengabdai dan berbakti kepada Allah. Dengan demikian, kehidupan sosial dapat semakin ditingkatkan kualitasnya.
“Adanya perbedaan yang berujung pada permusuhan biasanya dikarenakan manusia tidak telah salah sejak berniat mengeluarkan pendapat. Sehingga jika ada orang lain yang berpendapat beda, kemudian malah dimusuhi,” tandasnya.
Dalam pidatonya ini, Gus Dur mengingatkan agar umat Islam senantiasa berpegang teguh kepada perintah-perintah Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Umat Islam hendaknya senantiasa mengejawantahkan tuntunan-tuntunan Al-Qur’an dalam kehidupan keseharian mereka agar beroleh ridho dan rahmat Allah SWT.
“Meskipun seringkali terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan makna-makna ayat, namun tidak lantas umat islam dapat meninggalkan Al-Qur’an dalam kehidupan kesehariannya,” imbuhnya. (min)