Mustasyar (Penasihat) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri (Gus Mus) menolak dicalokan sebagai Ketua Umum Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kubu Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar. Menurutnya, pihak yang menawarkan itu berarti tidak memperhatikan sikapnya selama ini.
"Yang mencalonkan saya itu orang yang tidak ’titen’ (mengamati). Sebelumnya saya berkali-kali dicalonkan. Saya itu fobia (takut) terhadap jabatan," kata Gus Mus yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, di Semarang Selasa (29/4) kemarin.<>
Gus Mus mengaku, hingga saat ini tidak mendapat undangan menghadiri Muktamar Luar Biasa (MLB) kubu Muhaimin maupun kubu Ketua Umum Dewan Syura KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). "Andai diundang, saya akan lihat agenda kegiatan saya. Akan tetapi kebetulan saya tidak diundang," katanya.
Kubu Muhaimin sebelumnya menyebut salah seorang kandidat Ketua Umum Dewan Syura PKB adalah Gus Mus. Menurut dia, yang bisa menyelesaikan kemelut di PKB adalah orang-orang PKB itu sendiri. Ia menegaskan, sebagai bagian dari elemen bangsa, orang-orang PKB tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi harus memikirkan masa depan partai yang dibidani NU tersebut.
Konflik internal yang melanda PKB dampaknya bukan hanya dalam partai itu sendiri, melainkan ikut memengaruhi kondisi bangsa Indonesia, katanya. "Mengenai bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan, itu terserah mereka yang memimpin partai. Mau dirusak atau diperbaiki, terserah mereka. Tetapi, kalau saya boleh usul, diperbaiki saja," pungkas Gus Mus.
Ia menegaskan tidak akan campur tangan di dalamnya karena dirinya merupakan orang luar PKB. Konflik internal PKB yang berawal dari pengunduran Muhaimin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz itu menyebabkan partai terbelah menjadi dua kubu.
Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi disebut-sebut bakal menggantikan Gus Dur. Namun, isu itu langsung dibantah Hasyim. Hasyim menyatakan tidak mau terlibat konflik PKB. (nif)