Warta

Gus Sholah: NU Harus Menjadi Penentu Demokrasi Ekonomi

Rabu, 24 Maret 2010 | 11:41 WIB

Makassar, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) telah diakui semua pihak sebagai ormas terbesar di dunia. Kebesaran NU akan tampak bila mampu mewujudkan demokrasi ekonomi. Bila NU mampu mewujudkannya, NU bukan hanya menunjukkan sebagai yang terbesar, namun juga yang terpenting.
   
Demikian diutarakan oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) kepada NU Online di Makassar, Rabu (24/3). “NU merupakan ormas terbesar di dunia. Potensi kebesaran NU harus dikelola secra profesional agar posisi tawar NU di segala bidang menguat,” tegasnya.<>

Lebih lanjut, Gus Sholah menyatakan, “NU harus terdepan dalam mewujudkan demokrasi ekonomi. Ini penting, karena berhubungan secara langsung dengan kebutuhan hidup masyarakat.”

Menurut Gus Sholah, demokrasi di bidang politik harus diimbangi oleh demokrasi di bidang ekonomi, sehingga terwujud keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, agar semakin banyak lapisan masyarakat yang tersentuh.

“Selama ini perekonomian masih timpang. NU harus mempelopori terwujudnya demokrasi ekonomi, agar kesejahteraan masyarakat meningkat,” ujar salah seorang kandidat ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
   
Dalam kesempatan yang sama, Gus Sholah juga menegaskan, salah satu tekad kuatnya bila terpilih sebagai pimpinan PBNU, ia akan memperjuangkan terwujudnya demokrasi ekonomi. Dengan dimulai dari lingkungan NU.
   
“Potensi NU sangat besar, termasuk di bidang ekonomi. Kalau kita garap secara serius, NU akan menjadi penentu utama dalam kebijakan-kebijakan ekonomi,” paparnya.

Selama ini NU nyaris tidak pernah diperbincangkan dalam wacana perekonomian nasional, apalagi internasional, karena NU tidak pernah menggarap sektor ekonomi dengan serius.

“NU belum menggarap sektor ekonomi. Ke depan sektor ini harus mendapatkan prioritas, agar posisi tawar NU di bidang ekonomi menguat, sehingga NU dapat berbicara banyak dalam melakukan pemberdayaan masyarakat,” terang Gus Sholah. (hir)


Terkait