Warta

Idul Fitri, Kubur Pun Diziarahi

Selasa, 22 September 2009 | 11:54 WIB

Jakarta, NU Online
Salah satu fenomena Idul Fitri adalah ziarah kubur. Pada hari nan fitri tersebut tempat pemakaman umum (TPU) menjadi penuh sesak oleh sanak saudara yang ingin berziarah.

"Ziarah kubur menjelang puasa dan saat Idul Fitri, bagi Muslim yang ngerti bukan hanya tradisi tapi wajib," kata Hj Assyfa Al Hamu (39), salah satu peziarah di TPU Kemanggisan, Jakarta Barat, Selasa (22/9).<>

Ia datang bersama suaminya Andi Hussein Al Hamid, anaknya Dawai (11), dan paman H Karaeng Aang (62). Menurut Assyfa, ziarah kubur adalah saat bagi keluarga, yang hidup dan meninggal, untuk saling mendoakan. Yang hidup mendoakan keluarga yang meninggal supaya dosanya diampuni. Sebaliknya, keluarga yang meninggal berdoa kepada Allah supaya keluarganya yang masih berjuang di dunia diberi jalan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat nanti.

"Pada hari raya, yang meninggal menunggu keluarganya menengok. Menunggu doa. Seandainya tidak dilakukan enggak enak, kita bisa dimimpiin saat tidur," ujar Assyfa. Doa yang didaraskan saat ziarah adalah Al Fatiha atau juga bisa ditambahkan dengan yasin. Tentu sambil nyekar, menaburkan bunga di atas makam. "Harapannya, supaya yang meninggal diterangkan alam kuburnya, dilapangkan supaya tidak digenjet bumi, dan yang terpenting diampuni dosanya," papar Assyfa seerti dilansir kompas.com.

Warga Lebak Bulus Jakarta Selatan ini hendak berziarah ke makam kakek-nenek Assyfa. Mereka adalah Hj Mukrinah yang adalah cicit-buyut ke-12 dari Tjeng Hou, penyebar agama Islam di tanah Jawa yang berasal dari China zaman Dinasti Ming, dan makam H Karaeng Ahmad Ismail bin Indris Katangka yang disebut sebagai cucu Sultan Hasanuddin.

Penjual bunga

Banyaknya umat Muslim yang melakukan ziarah kubur membuat warga sekitar TPU memanfaatkannya dengan berjualan bunga. Walau pada H+1 Lebaran para peziarah mulai sepi, tetapi tampak penjual bunga tersebut masih banyak. "Tinggal ngabisin dagangan saja, Mas," kata Budiati (44), salah satu penjual bunga di TPU Kemanggisan, yang luasnya 3,5 hektar dan dibagi 7 blok.

Ibu satu anak ini mengaku menjadi pedagang hanya sekali setahun. Dalam kesehariannya, warga Kemanggisan Pulo ini menjadi ibu rumah tangga. "Sekalipun Lebaran yang namanya rezeki ya mau bagaimana lagi. Habis magrib baru muter-muter," tutur Budiati, yang tidak menyesal berjualan di saat Idul Fitri.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan, bunga dagangannya dijual Rp 5.000 satu paket. Terdiri dari bunga bihong, melati, pandan, mawar, dan ditambah dengan sebotol air mawar. Selain itu, ia juga berjualan berbagai jenis minuman. "Modalnya Rp 350.000. Bunganya saya beli dari Rawa Belong," papar Budiati.

Dari modal segitu, ia mengaku mendapat pendapatan kotor Rp 400.000 pada hari pertama Lebaran (20/9). Keesokan harinya ia mendapat Rp 150.000 dengan modal yang telah kembali. "Syukur-syukur hari ini walau sepi bisa habis," harapnya. (mad)


Terkait