Warta

Imam Ghozali: Iran Miliki Sistem Demokrasi yang Jelas

Sabtu, 15 Mei 2004 | 13:24 WIB

Surabaya, NU Online
Berkaitan dengan perkembangan demokrasi di Timur Tengah, intelektual muda NU dari Surabaya KH Imam Ghozali Said yang hidup lama di Mesir menyatakan bahwa, Iran memiliki konsep kepemimpinan yang Islami dan jelas. Demokrasi disana lebih berkembang, rakyat dilibatkan secara langsung dalam pemilihan para pemimpinnya.

“Kalau di Iran menurut saya paling baik, demokrasi dalam tanda petik, menurut versi Syiah. Disana elemen-elemen masyarakat ikut partisipasi, jadi presiden dipimpin langsung. Tapi yang memiliki hak veto adalah pemimpin spiritual tertinggi,” ungkapnya kepada NU Online kemarin.

<>

Walaupun begitu mereka juga mengalami tantangan internal, seperti Jawad Mughniyah dari Libanon yang berpendapat bahwa sistem wilayatul fakih di Iran yang diterapkan sekarang tidak benar. Tetapi bagaimanapun juga yang menang adalah Khomaini, dan ini yang menjadi yurisprudensi.

Ditambahkannya bahwa di Timur Tengah ada dua kecenderungan kepemimpinan Islam, yang pertama ingin seperti khilafah. Dengan mengacu pada Khulafaur Rosyidin seperti yang dicita-citakan oleh Hisbut Tahrir atau dengan kudeta.

“Pengalamannya dulu kan khilafah, yaitu pergantian cara pengangkatan putra mahkota atau digulingkan dengan kekuatan. Jadi ketika menjadi negara modern, hal ini masih dijalankan,” tegasnya.

Ini dipraktekkan Mesir misalnya, dari Anwar Sadat ke Mubarak. Pemimpin diganti karena mati dan ketika berkuasa, tidak mau turun. Jadi pemilu bukan pemilu tapi penipu. Jadi disini sekarang lebih transparan sekarang. Pemilu disana hampir sama dengan pemilu orde baru.

“Mungkin Israel lebih baik, dari pola penggantian pemimpin, sistemnya, dan lain-lain. Kalau sistem kemasyarakatan, misalnya hampir sama dengan disini. Jadi ada pemilihan langsung dari masyarakat dan melalui formatur. Misalnya Jamaah Islamiah di Sudan dan Ikhwanul Muslimin di Mesir,” tegasnya.

Ada juga yang menjalankan pemilihan langsung seperti di Aljazair, tapi ketika umat Islam menang, hal itu digagalkan oleh Amaerika. standar ganda yang dijalankan Amerika untuk kepentingan mereka sendiri.

Negara Arab lainnya juga pernah diusahakan demokrasi berkembang seperti di Sudan tapi gagal dan terjadi kudeta militer, ataupun Syiria. Itu kan kaum minoritas yang berkuasa, tapi dengan kekuatan militer.(mkf)

 

 

 

 


Terkait