Ajaran Islam sangat menghormati keberagaman. Sebab, Islam sangat toleran dengan keberagaman yang ada di dunia. Ajaran Islam juga bisa melindungi umatnya dari ancaman turun atau rusaknya (dekadensi) moral. Dengan catatan, ajaran Islam diamalkan dengan baik, serta umat yang memeluknya mau melaksanakan apa yang diajarkan dengan baik dan benar.
"Sejak zaman nabi sampai zaman wali, Islam menghargai budaya dan keragaman di masyarakat," ujar KH Muharror Ali, ketua MUI Blora, saat menjadi pembicara dalam sarasehan dengan tema kerukunan generasi muda dan menanggulangi dekadensi moral, di Blora, Jum'at (24/6).<>
Menurut Muharror, salah satu contoh penghargaan keragaman adalah ketika Nabi Muhammad SAW ibadah dengan menghadap Baitul Maqdis atau ke arah utara Makkah. Ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan cara ibadah kaum Yahudi kala itu. Sampai kemudian turun wahyu baru yang mengajarkan beribadah menghadap Baitullah.
"Hidayah hak prerogratif Allah, kita tidak bisa memaksakan. Kita hanya bisa menyampaikan, diterima atau tidak," tambah pengasuh pesantren Khozinatul 'Ulum tersebut.
Selain itu, MUharror juga memberikan contoh tentang dakwah Walisongo yang juga sangat toleran dan patut ditiru. Para Wali mempertahankannya. Namun sedikit demi sedikit dimasuki ajaran islam.
"Karena saat itu masyarakat masih kental dengan budaya Hindu, seperti peringatan tujuh hari, 40 hari, 100 hari pada orang yang sudah meninggal dan lainnya. Maka Walisongo tidak membubarkan adat dan budaya itu," terang Muharror. (min)