Warta

Islam Indonesia Terbukti Lebih Toleran

Selasa, 4 Agustus 2009 | 07:17 WIB

Jakarta, NU Online
Kunjungan Ketua LDNU KH Nuril Huda ke Lebanon membuktikan secara langsung kehidupan keagamaan masyarakat dan membandingkannya dengan situasi di Indonesia. Muslim di Indonesia ternyata jauh lebih toleran dibandingkan di Lebanon.

“Meskipun kita sama-sama penganut ahlusunnah wal jamaah, tetapi sikap keagamaan mereka keras,” katanya dalam perbincangan dengan NU Online, Selasa (4/7).<>

Situasi perang memang membikin setiap orang harus waspada dan orang harus menegaskan identitasnya secara jelas agar tetap selamat. Pemukiman Sunni dan Syiah juga terpisah secara tegas dalam kelompok-kelompok tertentu yang dibatasi jalan raya.

“Sisi positifnya, disana tak ada pemurtadan atau perpindahan aliran agama karena keyakinan masing-masing kelompok sangat kokoh,” ujarnya.

Layaknya di Indonesia, kehidupan agama di Lebanon sangat kompleks dan plural. Terdapat banyak agama, didalam agama tersebut juga terdapat aliran dan dalam aliran tersebut banyak mazhab-mazhab yang semuanya saling bersaing. Apalagi berbatasan dengan Israel.

Berdasarkan data wikipedia, populasi Lebanon terdiri dari beragam grup etnik dan agama: Muslim (Syi'ah, Sunni, Druze, dan Alawi), Kristen (Katolik Maronit, Ortodoks Yunani, Katolik Yunani, Armenia, Koptik), dan lainnya. Sensus resmi tidak dilakukan sejak 1932, menandakan sensitivitas politik di Lebanon terhadap keseimbangan keagamaan.

Diperkirakan 59% dari penduduk Lebanon adalah Muslim (Sunni, Syi'ah, dan Druze) dan 39% Kristen (umumnya Maronit, Gereja Ortodoks Antiokia, Apostolik Armenia, Katolik Yunani Melkit, Gereja Asiria di Timur, Katolik Khaldea dan minoritas Protestan.

Ada kelompok minoritas kecil Yahudi yang tinggal di Beirut pusat, Byblos, dan Bhamdoun. Lebanon juga mempunyai sebuah komunitas kecil (kurang dari 1%) Kurdi (juga dikenal sebagai Mhallami atau Mardinli) yang umumnya bermigrasi dari Suriah timur laut dan Turki tenggara, diperkirakan jumlahnya antara 75.000 hingga 100.000 orang, yang termasuk dalam kelompok Sunni.

Selain itu, ada pula ribuan suku Beduin Arab di Bekaa dan di wilayah Wadi Khaled, yang kesemuanya tergolong Sunni, yang juga mendapatkan kewarganegaraan Lebanon.

Pada tahun 1975 terjadi perang sipil yang baru berakhir tahun 1990 yang telah menghancurkan kehidupan ekonomi diperkirakan telah membunuh 150 ribu orang, 200 ribu orang terluka dan 900 ribu orang terpaksa mengungsi. (mkf)


Terkait