Melemahnya daya beli masyarakat sepanjang tahun ini mengakibatkan menurunnya konsumsi gula nasional sebanyak 20-30 persen. kemerosotan ini menambah daftar panjang kerugian pada pabrik gula Nusantara dan semakin menyengsarakan para petaninya.
Kehadiran gula rafinasi juga semakin melemahkan harga gula pasir dan gula merah yang dihasilkan oleh para petani tebu, termasuk menyebabkan tersendatnya produksi gula nasional. Demikian dikatakan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apegti), Natsir Mansyur, di Jakarta (24/10).<>
“Gula memang bukan komoditas utama seperti beras, tapi komoditas kedua. Jadi, orang tidak mengkonsumsi juga tidak apa-apa,” papar Natsir,.
Natsir juga memperkirakan adanya penurunan pasokan gula untuk industri makanan dan minuman.Penurunan besar akan terjadi dari industri kecil dan menengah. Sedangkan pabrik makanan dan minuman besar, hanya turun tipis.
Merembesnya gula rafinasi ke pasaran, telah sejak lama menggangu produksi gula lokal. Selain merugikan pabrik gula juga merugikan petani tebu.
Menurut Natsir, gula rafinasi yang diimpor industri seharusnya tidak boleh dipasarkan di tingkat eceran. Namun kenyataannya, gula rafinasi mudah ditemui di supermarket hingga pasar tradisional.
"Kondisi ini membuat gula petani semakin menumpuk di gudang, karena konsumen lebih memilih gula konsumsi yang lebih putih," ungkapnya prihatin. (min)