Korea Utara meminta para inspektor nuklir dari dewan keamanan PBB untuk pergi secepatnya. Hal ini dilakukan setelah aksi boikot dalam pembicaraan tentang perlucutan senjata nuklir.
PBB telah menuding peluncuran roket yang dilakukan Korea Utara pada 5 April lalu sebagai tindakan pelanggaran terhadap regulasi PBB. Hal ini menuai reaksi keras dari negeri komunis tersebut. Demikian dilansir oleh Reuters, Selasa (14/4).<>
"Korea Utara hari ini telah meminta pada IAEA (badan pengawas nuklir dunia) di Yongbyon untuk segera mengakhiri semua kerjasama," kata juru bicara IAEA Marc Vidricaire.
Amerika Serikat menanggapi 'pengusiran' ini dengan dingin. Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs menilai, aksi boikot dan permintaan para inspektor untuk pergi adalah tindakan salah.
Gibbs juga meminta, Korea Utara menghentikan segala ancaman provokatif. Ia juga mengatakan, Gedung Putih akan terus mendorong upaya pembersihan ancaman nuklir di seluruh dunia.
Korea Utara mulai memproduksi nuklir sejak era Uni Soviet. Jangkauan nuklir yang ditanam di Yongbyon ini diperkirakan bisa menjangkau Cina, Jepang, Rusia, Korea Selatan dan Amerika Serikat. (mad)