Sekira seribu warga di sebuah desa di Kamboja melakukan protes menentang pencaplokan lahan pertanian mereka yang dilakukan oleh seorang pengusaha. Protes di desa Kompong Seu sekira 48 kilometer dari Phnom Penh, berlangsung sehari setelah petani tersebut membakar sebuah bangunan di sebuah pabrik gula.
Para petani ini menuduh perusahaan pemilik pabrik gula itu melakukan konspirasi dengan pihak pemerintah setempat untuk merebut lahan yang mereka miliki.<>
Awalnya para petani ini berniat untuk membakar kantor dari pabrik gula milik Perusahaan Gula Phnom Penh. Perusahaan ini dimiliki oleh pengusaha ternama yang juga politisi Kamboja, Senator Ly Yong Phat. Pengusaha ini mengaku telah memiliki konsensi tanah seluas 9,500, namun pada akhirnya dibatalkan.
Seorang petani Sun Theng mengaku jika dirinya sudah bekerja di lahan sengketa itu selama sekira 20 tahun. Theng menambahkan jika dirinya dan para warga desa lainnya hanya diberikan kompensasi sebesar USD200 atau sekira Rp1,8 juta (Rp9,100 per dolar) untuk tiap 1 hektar.
"Warga desa tidak menyetujui harga itu, tetapi perusahaan itu mengatakan jika kami tidak mengambilnya maka warga tidak akan mendapatkan apapun," ungkap Sun Theng seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/3).
Banyak warga tidak menyetujui harga tersebut karena dinilai terlalu kecil. Mereka mengaku tidak akan bisa hidup dengan kompensasi yang mencekik seperti itu. (syf)