Masyarakat Indonesia saat ini berpandangan sangat pragmatis dan realistis sehingga tidak lagi acuh terhadap nasionalisme ekonomi. Masyarakat tidak lagi mempertimbangkan apakah buatan Indonesia atau luar negeri ketika akan membeli suatu produk.
Demikian dinyatakan Ketua Komite Perdagangan Dalam Negeri Kadin Indonesia, Bambang Soesatyo di Jakarta, Ahad (16/8). Menurutnya, secara ekonomi, rasa nasionalisme masyarakat sudah pupus. Semuanya bermuara pada membanjirnya produk ilegal dan ekonomi biaya tinggi.<>
nasionalisme di bidang ekonomi sudah tidak ada lagi. Yang ada adalah memenuhi kebutuhan sesuai dengan kemampuan,” kata Bambang.
Lebih lanjut Bambang menyatakan, untuk saat ini, masyarakat memang tidak dapat dipaksa membeli produk dalam negeri. Karena harga produk dalam negeri yang sangat mahal.
Bambang berharap Departemen Perdagangan harus mengambil peran lebih penting. Agar nasionalisme ekonomi dalam bentuk himbauan ‘cintailah produk dalam negeri!’ bukan hanya sebatas slogan. Namun harus didukung dalam bentuk realisasi program-program ekonomi pemerintah.
Bambang menyarankan kepada pemerintah agar bisa mendorong pengusaha untuk tidak berhadapan dengan persolan ekonomi biaya tinggi sehingga produk yang dihasilkan bisa berdaya saing. Sehingga masyarakat bisa memiliki pilihan mengenai produk dalam negeri.
"Yang terjadi saat ini justru produk luar negeri yang laku keras. Barang-barangnya laku keras karena murah sesuai dengan pendapatan masyarakat kita yang sedang tergerus akibat krisis selain juga karena modelnya yang tidak ketinggalan zaman,” tandas Bambang.