Warta

Menyikapi Warung Makan yang Buka Siang Hari

Sen, 8 Agustus 2011 | 10:01 WIB

Surabaya, NU Online
Persoalan warung makan yang buka di siang hari di bulan Ramadlan memang dilema. Apalagi warung itu berada di dalam komunitas muslim. Dibiarkan tetap buka, menyesakkan dada dan dapat mengganggu orang yang sedang berpuasa, ditindak dengan cara menutup paksa juga kurang bijaksana. Namun Hadits Nabi jelas memerintahkan, jika seseorang melihat kemungkaran harus bertindak.
<>
Persoalan itulah yang dalam forum itu pada Senin siang tadi sempat menghangat dalam pengajian Ramadlan di Kantor PWNU Jawa Timur. Pada hari ketujuh pengajian ini diasuh oleh Prof Dr H Sonhaji Sholeh, Dip.Is, salah seorang Wakil Ketua PWNU Jawa Timur, yang juga Guru Besar Sosiologi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya.

“Kalau melihat ada kemungkaran (seperti halnya ada warung makan yang buka siang hari), kita harus bertindak, karena perintah Hadits kita harus bertindak,” kata Prof Sonhaji, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang peserta. Hanya saja harus bertindak yang bagaimana, di sinilah persoalan muncul.

Menurut tokoh asal Jombang itu, oleh karena larangan warung makan buka siang hari di bulan Ramadlan sudah diatur dalam Perda, maka cara bertindak kita adalah dengan melaporkan pelanggaran Perda itu kepada instansi yang berwenang, dalam hal ini bisa Satpol PP atau kepolisian. “Tidak boleh kita bertindak dengan main hakim sendiri,” tuturnya.

Orang yang suka menyelesaikan masalah dengan mengandalkan kekuatan fisik, menurut alumnus dosen pascasarjana IAIN Sunan Ampel itu, selalu berkaitan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang dimiliki. Lain halnya dengan orang berpendidikan tinggi, biasanya akan menyelesaikan persoalan dengan konsep.

Soal warung makan yang buka di siang hari di bulan Ramadlan, menurut Prof Sonhaji, meski ada prosedur dengan berkoordinasi para aparat terkait, namun juga ada cara kekeluargaan yang bisa dilakukan. Malah mungkin akan lebih efektif. Caranya, dengan mendatangi pemilik warung dan mengingatkannya secara baik-baik ketika tidak ada orang lain.

“Biasanya kalau hanya berdua, mereka nurut. Tapi kalau di depan banyak orang dia akan menolak karena menjaga gengsi,” jelasnya.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: M Subhan

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait