Jakarta, NU Online
Tidak perlu karakter yang kuat, baik pada film itu sendiri maupun pada setiap pemainnya. Hal yang lebih penting adalah pesan akan semangat pemberantasan korupsi yang ingin disampaikan dapat diterima masyarakat.
Demikian wacana yang mengemuka pada diskusi launching dan bedah film “Cermin“ yang digelar Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi-Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (GNPK-PBNU) di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jum’at (7/7)
<>Hadir sebagai narasumber pada acara yang dilaksanakan hasil kerja bareng GNPK-PBNU dengan Partnership itu antara lain, artis yang juga anggota DPR-RI, Marisa Haque, Sutradara Film “Cermin“, Hermawan Rianto dan Pengamat Perfilman, Mualim Suketi.
Dalam acara yang dipandu artis cantik Viny Alvionita itu, Marisa Haque mengaku senang atas diluncurkannya film yang berisi ajakan untuk bersama memberantas penyakit bangsa tersebut, apalagi film tersebut dibuat oleh NU.
Meski tak sedikit kritik yang disampaikan, namun Marisa mengatakan, film semacam itu menjadi penting keberadaannya di tengah membudayanya korupsi di Indonesia. “Yang penting spirit dari film ini, yakni bagaimana kita memberantas korupsi yang sudah sangat membudaya itu,“ ujarnya.
Hal yang sama disampaikan Mualim Suketi. Menurutnya, keistimewaan karya seni film adalah gambarnya. “Gambar itu mewakili seribu bahasa,” tandasnya. Oleh karena itu, lanjutnya, pesan tentang pemberantasan korupsi memang lebih efektif dilakukan melalui film.
“Selain karena film memang sudah sangat populer di masyarakat, tapi yang lebih penting adalah penyampaian pesan melalui film ini lebih efektif,“ ungkap Mualim.
Semetara itu, Henky, panggilan akrab Hermawan Rianto, menyatakan film hasil besutannya tidak hanya memuat tentang realitas budaya korupsi, melainkan juga menampilkan sejumlah realitas persoalan yang melingkupi bangsa Indonesia.
“Banyak sisi yang saya tampilkan dalam film ini selain masalah korupsi, seperti persoalan BOS (Biaya Operasional Sekolah, red), BLT (Bantuan Langsung Tunai, red) kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak, red), aborsi dan lain-lain,” terang Hengky. (rif)