Warta

Nahdliyin di Jember Diimbau Tak Respon Kristenisasi dengan Marah

Sabtu, 3 Maret 2007 | 11:25 WIB

Jember, NU Online
Umat Islam, khususnya warga nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU) di Jember diimbau tidak merespon upaya Kristenisasi yang marak terjadi di daerahnya dengan kemarahan. Demikian disampaikan Ketua Pengurus Cabang NU Jember KH Muhyiddin Abdusshomad kepada NU Online, di Jember, Jawa Timur, Jumat (2/3) lalu.

Imbauan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris) Jember itu disampaikan menyusul ditemukannya sejumlah upaya Kristenisasi di daerahnya sepanjang bulan Pebruari lalu. Pihaknya sudah mendekati orang tua dan anak-anak korban Kristenisasi tersebut. 26 anak yang di-Kristen-kan, sebagian besar berhasil diajak kembali. Namun, delapan lainnya gagal karena himpitan ek<>onomi.

Kiai Muhyiddin—demikian panggilan akrabnya, mengaku tak mau bertindak emosional meski hal itu sudah jelas sangat mengganggu. “Siapa yang tidak marah kalau ada umatnya di-gondol orang lain? Apalagi cara yang dipakai tidak gentle (jantan),” tuturnya.

Ia mengajak kepada semua kiai dan pengurus NU di manapun, untuk menjadikan persoalan itu sebagai bahan koreksi diri. Ia yakin bahwa Kristenisasi tidak hanya terjadi di daerahnya, tapi juga di daerah-daerah lain. “Kita harus introspeksi, tidak bisa hanya dengan menyalahkan orang lain. Dan kita tak boleh marah,” katanya dengan nada kalem.

Kiai Muhyidin menilai, selama ini para ulama telah banyak meninggalkan perhatiannya pada umat. Hal itulah yang menurutnya menjadi salah satu sebab masalah tersebut. “Para kiai lebih sibuk mendukung tokoh A dan B dalam pilkada, dan mendukung partai A dan partai B dalam pemilu. Jarang ada kiai yang memikirkan bagaimana nasib santrinya ke depan, kerja apa, makan apa?” ungkapnya.

Padahal peran ulama adalah pengayom umat, bukan untuk merebut kekuasaan. Untuk itulah, ia mengajak kepada para kiai yang sudah terlanjur asyik dengan dunia politik untuk kembali mengayomi umat. “Kita perhatikan mereka dengan lebih dekat lagi,” ajak Kiai Muhyiddin. Di antara masalah yang perlu mendapatkan perhatian saat ini adalah bidang pendidikan dan ekonomi,” imbaunya.

Khusus masalah ekonomi, menurut alumnus Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan itu, NU sebenarnya juga bisa berbuat banyak kepada masyarakat kecil. NU bisa menyalurkan bantuan kepada mereka. Tidak harus langsung dari NU, tapi juga bisa menjadi jembatan bantuan itu. Sebab, dalam jamiyah NU, banyak juga orang kaya yang bisa diketuk hatinya. NU, tegasnya, bisa berperan sebagai komunikator dan distributornya.

Terungkapnya kasus Kristenisasi di Jember, menurut Kiai Muhyiddin, adalah sebuah peringatan dari Allah SWT dari sebuah kelalaian. “Kenapa umat kita diopeni orang lain? Kita tidak perlu marah, tapi perlu dijawab dengan kerja nyata,” pungkasnya.

Soal perilaku para misionaris yang mengubah status anak-anak orang Islam sebagai orang Kristen, menurutnya, hal itu jelas merupakan pelanggaran. Ia menyerahkan sepenuhnya penanganan masalah tersebut kepada aparat keamanan untuk mengusutnya. “Kita hanya lapor saja,” tuturnya. (sbh)


Terkait