Setelah menunggu sekian lama, organisasi yang menghimpun para alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) akhirnya dibentuk juga. Wadah para mantan aktivis organisasi pelajar dan santri terbesar di Indonesia itu disepakati diberi nama “Majelis Alumni IPNU”.
Demikian hasil Pertemuan Nasional Alumni yang diikuti 100 mantan aktivis IPNU dari berbagai daerah di Indonesia di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta, Ahad (27/4). Hilmi Muhammadiyah yang juga Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana Departemen Agama dipercaya sebagai Ketua Presidium Pusat Majelis Alumni IPNU.<>
Hilmi menjelaskan, Majelis Alumni IPNU merupakan organisasi yang bersifat formal dan mandiri. Wadah tersebut dibentuk sebagai forum silaturrahim alumni dan membantu proses pengkaderan di IPNU.
“Ketua presidium diberi mandat untuk menyusun anggota presidium dan sekretaris jenderal. Untuk tingkat wilayah dan daerah, masing-masing alumni, terlebih deklarator yang hadir, menindaklanjutinya dengan memperhatikan dedikasi dan senioritas alumni,” terang Hilmi yang juga mantan ketua umum Pimpinan Pusat IPNU periode 1996-2000.
Selain itu, kata Hilmi, Majelis Alumni IPNU dibentuk sebagai wahana untuk mengimplementasikan nilai-nilai dan paham ke-Islam-an Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), ke-NU-an., kebangsaan, pengabdian dan persaudaraan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU Idy Muzayyad menyambut baik keputusan pembentukan organisasi alumni tersebut. Pasalnya, kata dia, wadah itu akan menjadi mitra strategis dalam mengembangkan organisasi dan memberdayakan anggota.
“Wadah itu akan mempererat hubungan kemitraan antara pengurus IPNU aktif dengan para senior dan para alumninya,” tandas Idy.
Majelis Alumni IPNU didirikan sebagai tindak lanjut Forum Silaturrahmi Antar-Generasi IPNU di Hotel Acacia, Jakarta, pada 13 Januari 2008 lalu.
IPNU yang merupakan badan otonom di bawah naungan NU didirikan di Semarang, Jawa Tengah, pada 24 Februari 1954.
Sejumlah tokoh nasional tercatat pernah menjadi aktivis organisasi ini. Di antaranya, KH Sahal Mahfudz (Rais Aam Pengurus Besar NU), KH Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU) dan Din Syamsuddin (Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah). (rif)