Warta

PCI NU Mesir Gelar Acara Isra Mi'raj

Sabtu, 20 September 2003 | 03:15 WIB

Jakarta, NU.Online
19 september 2003, tepatnya tadi malam pukul 20.00 WK, PCI NU Mesir menggelar acara peringatan Isra Mi'raj nabi besar Muhammad Saw. Acara yang merupakan tradisi turun temurun dikalangan warga Nadlatul Ulama ini digelar di sekertariat PCI NU. Acara tadi malam terasa istimewa karena salah seorang sesepuh Nahdlatul Ulama Indonesia, KH Maimoen Zubair, berkesempatan hadir di tengah-tengah warga NU Cairo, diminta untuk mengisi session mau'idlah hasanah.

Dalam ceramahnya, kyai sepuh, yang dikenal teguh dalam pendirian ini menegaskan, bahwa silang pendapat dalam tubuh NU adalah satu hal yang biasa, kalau nggak dikatakan sudah menjadi ciri khas, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya secara arif, dan menyadari bahwa beda pendapat adalah sunatullah.

<>

Beliau mencontohkan KH Hasyim Asy'ari dan KH. Faqih Mas Kumambang ialah prototipe kyai yang bisa bersatu dalam perbedaan. KH. Hasyim Asy'ari menganjurkan membunyikan kentongan setiap datang waktu shalat, sementara KH Faqih Mas Kumambang punya pendapat sebaliknya, namun perbedaan itu tidak membuat hubungan kedua kyai, yang pada saat itu, KH Hasyim Asy'ari menjabat Rais Am PBNU, sedangkan KH Faqih Mas Kumambang sebagai wakilnya, menjadi renggang.

Beliau juga menjelaskan, dalam hidup ini kita harus mendayagunakan akal pikir kita, jangan hanya membebek, termasuk dalam meniru pola hidup orang yang kita anggap sebagai suri tauladan. "Jangan karena ingin meniru gaya dan kesuksesan hidup nabi, kemudian dipahami, bahwa menggembala adalah sebagai salah satu proses menuju kesuksesan hidup" ujarnya.

Menanggapi wacana yang dilontarkan oleh Ketua Tanfidziah Bukhari Sail .Lc, apakah peristiwa Isra' Mi'rajnya Nabi Muhammad SAW dilakukan beserta ruh dan jasadnya atau hanya ruhnya saja? Beliau menjawab singkat, bahwa permasalahan di atas memang terjadi silang pendapat antara ulama, ada yang mengatakan hanya dilakukan oleh ruhnya saja, tapi ada juga yang berpendapat dilakukan dengan ruh dan jasadnya.

Dalam akhir ceramahnya, beliau berharap, agar mahasiswa Cairo, khususnya warga NU, ketika pulang nanti dapat menjadi motor penggerak umat, menuju dinamika yang positif bagi agama, nusa dan bangsa, mengingat Mesir adalah negeri yang penuh dengan dinamika keilmuan yang bisa diandalkan.

Bukanlah satu hal yang aneh kalau Jami'yyah Nahdlatul Ulama, peduli dengan soal-soal kebangsaan, karena sejarah telah membuktikan peran tokoh NU dalam membela tanah air dan ikut berperan aktif dalam membangun bangsa Indonesia, baik pada masa pra kemerdekaan, maupun paska Indonesia merdeka" katanya. (Aang/Afkar,Cairo)


Terkait