Sleman, NU Online
Bencana yang menghantam DIY-Jateng akhir Mei lalu, menyisakan kepedihan tersendiri bagi anak-anak. Selain harus kehilangan rumah, mereka juga kehilangan orang tuanya. Dalam rangka meringankan beban para anak-anak korban bencana pondok pesantren Falakhiyah Mlangi, Sleman, menampung sejumlah anak-anak korban bencana.
Sebanyak sepuluh santri korban becana gempa bumi kini tinggal di pesantren Mlangi asuhan KH RM Rifqi Azis Maksum. Dari sepuluh santri tersebut semunya masih berusia belasan tahun. Mereka tidak hanya mengikuti kegiatan belajar mengajar dipesantren namun juga sekolah di SMP Ma’arif Nogotirto, Gamping, Sleman.
<>“Banyak anak-anak korban becana yang tidak mampu melanjutkan sekalah, karena ketiadaan biaya, kami ingin ikut meringankan beban para korban bencana. Di sini mereka tidak hanya mendapatkan pengajian di pesantren tetapi juga dapat melanjutkan belajarnya di SMP,” ungkap Kyai Rifqi kepada NU Online, Kamis (3/8).
Untuk pendidikan para santri korban bencana tidak disamakan dengan santri kebanyakan yang hanya belajar ngaji dipesantren tersebut, namun mereka juga diberi bekal tambahan dengan pengautan bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Seluruh santri korban gempa bumi murni tidak dipungut biaya apapun. Dari biaya hidup sehari-hari, seragam sekolah, hingga kebutuhan sekolah mereka selama tiga tahun atau selama mereka belajar di SMP. Kyai Rifqi menambahkan, pembiayaan sebagian santri korban bencana disponsori oleh beberapa alumni pesantren Falakhiyah dan para dermawan setempat. Sementara untuk kekurangan sementara masih ditanggung pihak pesantren. (ron)