Pesantren sebagai pusat perkembangan Islam di Nusantara harus dapat mengambil alih penjelasan-penjelasan keislaman dari kebudayaan warisan leluhur kepada masyarakat masa kini.
Demikian dinyatakan Suwadi Pranoto, aktifis senior pemerhati islam Indonesia kepada NU Online, Selasa (17/2). Menurut Suwadi, hal ini untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan persepsi tentang sinkretisme di masyarakat.<>
"Sebenarnya sama sekali tidak tepat jika ada yang menganggap bahwa Islam yang kita kenal saat ini di Nusantara adalah hasil dari singkretisasi antara Islam dan agama yang dianut oleh masyarat Nusantara sebelum kedatangan Islam," terang Suwadi.
Lebih lanjut, Suwadi menjelaskan, kesalahan persepsi tentang keislaman muncul karena arus informasi yang telah dibiaskan oleh para Indonesianis sejak zaman kolonial. Karenanya, tambah Suwadi, kalangan pesantren harus dapat menguraikan dan menjelaskan kepada para akademisi bahwa anggapan adanya singkretisme adalah salah.
"Caranya tentu saja dengan meluruskan makna-makna atau penjelasan tentang naskah-naskah keislaman karya para pujangga lokal dari tangan pertama. Bukannya menerima begitu saja dari penjelasan-penjelasan orang lain yang sangat mungkin telah dibiaskan," tandasnya.
Suwadi juga menambahkan, sangat penting bagi kalangan pesantren untuk menelusuri khasanah Islam di pusat-pusat situs Nusantara, pada masa lalu untuk menguraikan makna keislaman yang sesungguhnya dalam keluhuran budaya Nusantara. (min)